Padang (voa-islam) - Ramadhan di Padang, Sumatera Barat tak hanya identik dengan ibadah, namun juga dimanfaatkan untuk sosialisasi para pemuda dan pemudi. Ajang gaul yang sering disebut 'asmara subuh' bagai tradisi yang terus berulang, meski kerap mengundang tanggapan miring.
Setelah menunaikan ibadah salat subuh, muda-mudi Padang mendatangi sejumlah tempat-tempat wisata untuk menanti datangnya pagi, salah satunya Pantai Padang yang jadi salah satu obyek favorit untuk dikunjungi.
Tak jarang, kesempatan ini dimanfaatkan kalangan muda-mudi di Padang untuk saling mengenal dengan lawan jenis. Saling kenal pun bisa berlanjut dengan hubungan asmara dan subuh berikutnya mereka pun akan datang berduaan.
'Asmara subuh' hanya terjadi di bulan Ramadhan. Sebab, di bulan biasa, sangat jarang ditemui anak muda bergerombol menikmati pagi, kecuali di hari Ahad dan hari libur.
Pagi ini, misalnya, puluhan anak muda mengunjungi Pantai Padang. Mereka masih mengenakan pakaian lengkap layaknya orang selesai beribadah. Perempuannya mengenakan mukena sedangkan laki-lakinya masih dengan stelan sarung. Ada yang bergerombol dan ada berpasangan-pasangan.
Mereka mendatangi tempat-tempat tertentu dengan menggunakan motor roda dua dan berjalan kaki. "Udara paginya segar, rugi rasanya buat dilewati begitu saja," kata Riza (19), mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Padang, Selasa, 26 Agustus 2009. Riza datang bersama kawan-kawan perempuannya untuk menikmati matahari terbit.
Sementara, Yogi (24) mengaku kedatangannya bersama teman-temannya ke Pantai Padang hanya sekedar untuk jalan-jalan. "Hanya buat jalan-jalan, nggak lebih kok, sekalian cuci mata," katanya.
Menurut Yogi, tak semuanya anggapan buruk tentang 'asmara Subuh' benar. Meski dia tak menampik kemungkinan hal-hal buruk yang merusak ibadah puasa akan terjadi. "Kalau datangnya berpasangan, ini agak diragukan," kata dia, tertawa.
"Orang yang tidak bisa meninggalkan perkataan dusta, dan perbuatannya serta perilaku bodoh, Allah tidak akan menerima puasanya." Intisari hadits
Menangkal dampak negatif 'asmara subuh', pemerintah Padang menyediakan alternatif yakni Pesantren Ramadhan. Pesantren Ramadhan yang dimulai sejak 24 Agustus kemarin diharapkan mampu membuat pola pikir siswa-siswi di Padang agar lebih religius.
"Pesantren Ramadhan merupakan pengalihan proses belajar ke masjid-masjid dan mushalla di lingkungan di mana pelajar itu tinggal," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang M Nur Amin. Tujuannya, ujar dia, untuk membina akhlak, agama, para pelajar di Padang. (PurWD/vianews)