View Full Version
Selasa, 15 Sep 2009

Kramat Tunggak, Dari Pusat Pelacuran Menjadi Pusat KeIslaman

Jakarta (voa-islam) Sri Hartati berjalan menyusuri lorong-lorong di sekitar Islamic Center Jakarta, sambil berusaha menghapus kenanganan pahit tempat bersejarah tersebut dengan dirinya.

"Saya masih bergidik ketika mengingat kembali hari-hari itu," kata Sri yang menjual kue di kompleks Islamic Center.

Sepuluh tahun lalu, Sri, 38, adalah salah satu dari setidakya 1615 pekerja sex di lingkungan terkenal lampu merah Kramat Tunggak, yang di kenal sebagai daerah pelacuran, di Utara Jakarta.

Para pekerja sex komersil itu telah menjalani program rehabilitasi oleh pemerintah DKI Jakarta setelah di tutupnya Kramat Tunggak, komplek pelacuran terbesar kedua di Asia Tenggara.

Selain pekerja sex komersil, hampir tiga ratusan mucikari, tujuh ratusan pelayan, delapan ratusan PKL, lebih dari 100 pengemudi ojek dan bagian-bagian lain yang terlibat dalam bisnis tersebut, yang sekarang sudah tidak berfungsi, juga ikut ambil bagian dalam rangakaian konseling dengan pemerintah.

Kompleks tersebut telah menjadi simbol perkembangan agama dan moralitas di negara ini

Kompleks Kramat Tunggak di bangun pada tahun 1972, dan sejak saat itu menjadi pusat kejahatan, narkoba dan pelacuran

Kompleks Kramat Tunggak di bangun pada tahun 1972, dan sejak saat itu menjadi pusat kejahatan, narkoba dan pelacuran.

Pada tanggal 31 Desember 1999, pemerintah DKI Jakarta menghancurkan Kramat Tunggak menyusul serangkain protes yang terus berlangsung dari lembaga-lembaga Islam.

Pada tahun 2003 Islamic Center Jakarta tersebut berdiri di atas lahan seluas 11 hektar, dengan menara-menara  yang menjulang tinggi menerangi langit.

Bangunan dengan luas 6000 meter persegi dengan masjid yang dapat menampung 20,000 orang jamaah itu saat ini menjadi tujuan bagi para penuntut ilmu Islam.

Kompleks tersebut telah menjadi simbol perkembangan agama dan moralitas di negara ini. Yang hampir 85% dari 220 juta penduduknya beragama Islam.

merubah hidup

Sri berkata bahwa ia merupakan salah satu dari ribuan orang yang hidupnya terpengaruh oleh pembongkaran daerah pelacuran tersebut.

Kebanyakan dari kami berganti profesi menjadi pedagang, penata rambut, dan bahkan guru taman kanak-kanak

"Kebanyakan dari kami berganti profesi menjadi pedagang, penata rambut, dan bahkan guru taman kanak-kanak," katanya.

Selain pekerjaanya sebagai pembuat kue, Sri, yang kini telah menikah dengan mantan penjaga keamanan komleks masjid dan di karuniai dua orang anak, juga merupakan penjahit profesional.

"Dulu saya mengambil kursus menjahit," kenangnya.

"Saya menerima pesanan untuk menjahit pakaian, tetapi selama Ramadhan ini saya juga menjual makanan ringan untuk berbuka puasa."

Sekretaris Islmic Center Jakarta, Rina Uswatun Hasanah, menegaskan bahwa kompleks masjid telah merubah struktur sosial masyarakat di daerah kumuh Jakarta Utara tersebut.

Ia mencatat bahwa beberapa dari mantan pekerja sex komersil tersebut ada yang bekerja di tempat tersebut sementara yang lain menjalankan bisnis kecil-kecilan.

Banyak dari mereka yang lebih akrab dengan ajaran islam saat ini dengan melakukan shalat secara teratur di masjid.

"selama ramadhan ini, mereka banyak mengadakan kegiatan keIslaman di sini, seperti kegiatan Nuzulul Qur'an, katanya.

"Alhamdulillah, mereka kini telah berubah secara signifikan." (IOL)


latestnews

View Full Version