View Full Version
Rabu, 07 Oct 2009

Telah Lahir Generasi Baru Intelijen Indonesia

Bekasi (voa-islam) - Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) telah menggelar wisuda perdana, 2 Oktober lalu, di kampus STIN di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Turut hadir Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar beserta wakilnya, As’ad Said Ali dan beberapa pejabat intelijen.

Wisudawan berjumlah 60-an orang. Terdiri dari dua angkatan, I dan II. Masing-masing angkatan terdiri dari 30-an wisudawan dari dua Program studi, keagenan (agent) dan analis (analyst).

Syamsir berharap para wisudawan Sekolah Tinggi ini bisa menjadi tulang punggung dan generasi penerus intelijen Indonesia 10-15 tahun mendatang. Bahkan tidak menutup kemungkinan lulusan sekolah ini bisa menjadi ketua intelijen, menggantikan dirinya. 

STIN berada di bawah naungan Badan Intelijen Negara (BIN). Sekolah tinggi kedinasan ini dibangun pada pertengahan tahun 2004 saat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) masih dijabat AM Hendropriyono.

Pendidikan di lembaga ini berlangsung selama empat tahun dalam jenjang strata satu, dengan gelar sarjana intelijen (S In). Dengan menerapkan sistem asrama (boarding school) diharapkan mereka terbiasa hidup berdisiplin.

Haruskan aktifis Islam mewaspadai lahirnya Intelijen baru ini? semoga mereka tidak menjadi target  generasi baru intelijen Indonesia ini.  

Bukan hanya ilmu keintelijenan saja yang diajarkan di sekolah ini. Para mahasiswa juga dididik dengan bekal keilmuwan lainnya sebagai pendukung, seperti ekonomi, sosial, politik, eksakta, budaya, dan banyak lagi. Mereka juga diwajibkan menguasai bahasa asing selain Inggris, seperti Mandarin, Arab, dan Perancis.

Para pengajarnya pun didatangkan khusus dari dosen-dosen terbaik dari semua perguruan tinggi negeri terkenal di negeri ini. Para pengajar tamu juga didatangkan dari kalangan praktisi terbaik di bidangnya.

Tidak ada keterangan pasti adanya pelajaran keimanan di sekolah ini. Semoga ajaran agama masih memiliki nilai di mata para intelijen baru ini.

Setiap tahun STIN merekrut 30-an mahasiswa. Sedangkan sistem perekrutannya digelar secara khusus. Pihak STIN bersama BIN dengan dibantu instansi terkait lain seperti Departemen Pendidikan Nasional, membentuk tim khusus untuk ”memburu” para siswa berprestasi dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata dari seluruh pelosok Indonesia. Setelah dikumpulkan, mereka dites kembali oleh STIN.

Semoga aktifitas keislaman, dengan dalih terorisme, tidak menjadi target para intelijen baru ini.

Menurut Ketua II STIN Supono Sugirman, siswa yang diburu adalah siswa berprestasi dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata dari seluruh pelosok Indonesia untuk dididik menjadi lebih cerdas lagi. Sekolah yang dibidik adalah sekolah menerapkan sistem asrama (boarding school). Tujuannya agar sejak awal para siswa sudah terbiasa hidup disiplin.

"Orang cerdas tetapi tidak disiplin bisa jadi orang yang berbahaya.' Katanya.

Secercah Nasehat

Secerdas dan sehebat apapun lulusan STIN mereka masih tetap manusia, sebagai makhluk dan hamba Allah yang punya kewajiban tunduk dan beribadah kepada-Nya. Pengabdiannya kepada Allah harus menjadi dasar bagi pengabdian yang lain. Jangan sampai kemampuan yang dimiliki malah digunakan untuk menghancurkan agama Allah (Islam) dan menghabisi para mujahid yang memperjuangkannya.

Setiap kelebihan yang dimiliki merupakan anugerah Allah, hendaknya disyukuri dengan digunakan untuk mengabdi kepada-Nya. Dan perlu juga diketahui, bahwa setiap nikmat nanti ada pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Setiap perbuatan yang dilakukan ada catatannya di sisi Allah. kelak akan dinampakkan untuk menerima balasan. Bila baik catatan amal tersebut, baik bahkan lebih baik balasan yang diterimanya. Jika buruk, maka buruk pula balasannya.

Hidup didunia hanya sementara, akhiratlah yang kekal abadi selamanya. Jangan menjual akhirat untuk membeli dunia. Akan rugi selama-lamanya. (PurWD/kmps)


latestnews

View Full Version