Mataram, NTB (voa-islam) - Amaq Bakri (60) warga Nusa Tenggara Barat (NTB) mengaku sebagai nabi setelah nabi Muhammad SAW. Bahkan, dia ngaku telah melakukan Mi'raj pada Rabu (14/10/2009). Akhirnya dia dipanggil Camat Sambelia dan disidang di depan anggota Muspika untuk menjelaskan ajarannya.
Ketua Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tenggara Barat (MUI) Prof. H. Syaiful Muslim menilai bahwa pengakuan Amaq Bakri sangat meresahkan masyarakat. Beliau meminta agar pemerintah menghentikan ajaran Bakri, menyuruhnya bertaubat, dan mencabut pernyataannya. Jika tidak, dikhawatirkan akan terjadi tindakan anarkis terhadap Bakri.
Tindakan anarkis di Lombok sudah sering terjadi terhadap siapa saja yang mengaku sebagai umat Islam tetapi ajarannya menyimpang dari Agama Islam, termasuk Ahmadiyah. Buktinya hingga kini sekitar 130 orang jemaat Ahmadiyah masih ditampung di asrama Transito, Majeluk Mataram setelah rumahnya di Gegerung, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat dirusak dan dibakar massa empat tahun lalu.
H. Syaiful Muslim juga menyatakan, jika Amaq Bakri tidak bertobat dari pengakuannya sebagai nabi, maka dia telah kafir. Sebab nabi yang terakhir diturunkan Allah adalah nabi Muhammad SAW.
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." Al-Ahzab: 40.
Dalam pertemuan dengan Camat Sambelia dan anggota Muspika Amaq Bakri tidak hanya mengaku sebagai nabi, tetapi juga mengatakan bahwa Al Quran yang dijadikan pegangan umat Islam bukan berasal dari firman Allah.
"Al-Quran adalah hasil buatan atau karya alim ulama sebab Al-Quran yang sesungguhnya berada dalam diri manusia yang tidak bisa dimiliki sembarang orang," kata Amaq Bakri.
Ia menambahkan untuk mendapatkan Al Quran yang asli harus melalui ritual yang hanya dilakukan pada setiap tanggal 12 Rabiulawal atau bulan Maulid pada malam Jumat. (PurWD/antr)