Semarang (voa-islam) – Kemeriahan pelantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia 2009-20014 dihiasi dengan demo. Di Semarang, Ratusan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berunjukrasa menolak pelantikan keduanya. Dalam aksinya mereka menggelar shalat gaib.
Aksi digelar di Bundaran Air Mancur Semarang, Jl. Pahlawan, Selasa (20/10/2009) dengan pengawalan puluhan polisi. Aksi berakhir pukul 11.00 WIB. Kemudian pendemo meninggalkan lokasi dengan tertib.
Selain PMII, aksi serupa juga digelar Persatuan Organ Mahasiswa Semarang (POROS). Setelah bergabung dengan PMII, aktivis POROS menuju kantor DPRD yang jaraknya hanya 50 meter dari Bundaran Air Mancur.
Penuturan korlap aksi, Ainur, pelaksanaan shalat ghaib dalam acara demo tersebut sebagai simbol matinya demokrasi. Peletakkan syariat ibadah yang bukan pada tempatnya.
Sesungguhnya syariat shalat ghaib memiliki aturan pelaksanaannya. Tidak boleh dijadikan mainan dengan dijadikan sebagai simbol atau lambang sesuai keinginan.
Demokrasi merupakan ideologi yang menuhankan rakyat. Sangat bertentangan dengan prinsip dasar Islam. Kematiannya tak perlu disesali, apalagi diratapi.
Kalau demokrasi diibaratkan sebagai manusia, maka dia telah musyrik, orang Islam tidak diperbolehkan menyalatkan seorang musyrik. (PurWD/dtk)