Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) mengkhawatirkan keberadaan kerja sama sipil-sipil antara Indonesia dengan pihak asing dalam bidang kesehatan yang dibangun Departemen Kesehatan Indonesia yang bernama USAID Center for Biomedical and Public Health Research. Kerja sama tersebut merupakan kelanjutan dari Naval Medical Research Unite (Namru) yang keberadaannya menjadi kontroversi.
"Menkes sebelumnya, Siti Fadhilah, sudah menutup Namru, tapi diteruskan dengan kerja sama sipil dengan sipil bisa jadi Namru yang baru," ujar Ketua Presidium Mer-C Jose Rizal Jurnalis di kantornya, Jumat (23/10).
Ia mengatakan, kerja sama tersebut berbahaya. Pasalnya, pihak-pihak yang ada di dalamnya dapat membawa virus keluar-masuk tanpa pemeriksaan. Hal tersebut memberikan kemungkinan untuk membuat jenis penyakit baru yang sulit disembuhkan.
Jose mengatakan, saat ini negara maju mengincar virus dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Virus menjadi lahan bisnis yang menjanjikan karena banyak uang yang dapat dihasilkan dari bisnis vaksin virus. "Jika sudah mempunyai virus, maka dapat dibuat vaksinnya. Vaksin tersebut dapat dijual dengan harga yang mahal. Dari virus yang ada, dapat dibuat jenis penyakit baru dan vaksinnya dijual lagi," papar Jose.
Oleh karena itu, kata dia, meskipun USAID Center for Biomedical and Public Health Research memiliki konteks kerja sama, masyarakat Indonesia harus tetap waspada. Akan jauh lebih baik jika lembaga swadaya masyarakat dapat membentuk lembaga khusus penelitian khusus agar sampel virus tidak bocor dan jatuh ke tangan yang salah. "Kalau bocor dan sudah direkayasa, maka akibatnya akan jauh dari awalnya," ucap dia. (ko-ol)