Tulungagung (vo-islam) - Sebuah aliran keagamaan bernama Baha`i menjadikan Gunung Caramel di Israel sebagai kiblat dalam shalat. Aliran yang berkembang di Desa Ringipitu, Kedungweru, Tulungagung, Jawa Timur, ini juga hanya mewajibkan pengikutnya salat sekali dalam sehari.
Selain itu, Ajaran ini mengharamkan jamaahnya menikah dengan selain angotanya. Para pengikut ajaran ini menerbitkan surat nikah sendiri untuk menikahkan antar-pengikut. Artinya, mereka tak melibatkan kantor urusan agama. Mereka juga meminta dalam kartu tanda penduduk dituliskan nama agama Baha`i. Kini pengikut aliran ini sudah ratusan jamaah.
Kini pengikut agama baha'i sudah ratusan jamaah
Karena dinilai meresahkan, warga telah melayangkan surat ke Majelis Ulama Indonesia dan instansi terkait untuk membubarkan aliran ini. Namun MUI belum mengeluarkan fatwa terhadap aliran Baha`i dengan alasan ajarannya ini tak menistakan enam agama yang dilegalkan pemerintah.
"Agama ini [Baha`i] punya nabi dan kitab suci sendiri," kata Sekretaris MUI Tulungagung Abu Sofyan. Abu Sofyan menambahkan pihaknya pernah memanggil pendiri ajara Baha`i bernama Slamet Riyadi beserta 11 tokoh lain. Abu Sofyan akan menyerahkan kasus ini kepada pemerintah.
Ajaran Baha`i berkembang dari Israel yang mewajibkan pengikutnya salat satu kali saja dalam sehari dan menghadap ke Gunung Caramel, bukan Kabah yang biasa menjadi kiblat umat muslim. Nabi mereka Muhammad Husain Ali yang bergelar Bahaulloh dan kitab sucinya bernama Akhdas. (PurWD/lip 6)