Lumajang (voa-islam) - Kabar adanya pohon petai 'menangis' di Lumajang, Jawa Timur cepat tersebar luas. Banyak yang datang meminta berkah air yang menetes dari pohon itu. Bahaya Kesyirikan pun mengancam aqidah warga.
Pohon petai yang konon bisa menangis itu milik Suwarni (40), Warga Dusun Tukum Selatan, Desa Tukum, Kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pohon itu tumbuh di depan rumahnya di pinggir jalan.
Menurut Suwarni, pohon petai miliknya mengeluarkan air dari batangnya sejak satu minggu lalu. Air yang keluar dari pohon itu akan deras pada malam hari. "Kalau siang begini hanya rintik-rintik. Kalau malam jalan aspal depan rumah basah," kata Suwarni ditemui di rumahnya, Jumat (06/11/2009).
Suwarni, sebenarnya, bukan yang pertama kali mengetahui keanehan pohon petainya itu. Dia diberitahu seseorang pengguna jalan depan rumahnya. "semua terheran-heran," ungkapnya.
Sebenarnya pohon petai itu tidak jauh beda dengan pohon petai lainya. Yang membuatnya berbeda karena di setiap batangnya mengeluarkan air dan menetes.
Pada awalnya, warga sekitar yang terheran-heran hanya melihat keanehan pohon tersebut. Tapi, lama-kelamaan niatan mereka berubah ingin mendapat berkah dari tetesanya. Biasanya warga bergerombol di bawah pohon itu agar tertetesi. Mereka juga takut memanjatnya karena meyakini ada penunggunya.
Ingin mendapat berkah biasanya warga bergerombol di bawah pohon itu agar tertetesi. Mereka juga takut memanjatnya karena meyakini ada penunggunya.
Ada macam-macam harapan yang muncul di benak warga dari pohon petai itu. Ada yang berharap disembuhkan dari penyakit kronis dan dijauhkan dari musibah dan bala'.
"Tangisan pohon ini seperti doa, semoga air berkhasiat buat penyakit atau tolak balak," kata Nur Rohima (40) warga asal Desa Grati, KecamatanSumber Suko ditemui di Lokasi, Jumat (6/11/2009).
Meminta berkah semacam ini termasuk syirik. Perbuatan yang biasa dilakukan orang-orang musyrik. Para ulama telah sepakat tidak diperbolehkan bertabarruk (meminta berkah) kepada pohon, batu, tempat keramat, atau lainnya.
Para ulama telah sepakat tidak diperbolehkan bertabarruk (meminta berkah) kepada pohon, batu, tempat keramat, atau lainnya.(Al-Qaul as-Sadid Syarh Kitab at-Tauhid)
Perilaku tabarruk ini termasuk sikap berlebihan terhadap sebuah benda yang lama-kelamaan menuntunnya untuk berdoa dan beribadah kepadanya. Sekali lagi, ini termasuk syirik besar yang bisa menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Baca macam-macam syirik.
Menurut Pemilik pohon Suwarni, warga yang berkunjung lebih suka datang pada malam hari, karena tetesan air begitu deras seperti hujan. Sedangkan di siang hari tetesamnya hanya sedikit dan jarang. (PurWD/dtk-sby)