Bekasi (voa-islam) - Munculnya aliran sesat Padange Ati (PA) di Blitar, Jawa Timur, dicurigai ada kepentingan uang dibelakangnya. Konon, para pengikutnya dipungut uang sebesar Rp 1 juta hingga Rp 4 Juta untuk syarat masuk surga. Hal ini disampaikan Sekretaris Umum MUI Jawa Timur, Imam Thabrani.
Menurut Imam Thabrani, lahirnya sekte sesat memiliki kecenderungan untuk meraup materi oleh pendirinya. “Sekte sesat kecenderungannya lebih pada uang. Pengikutnya diwajibkan bayar sekian-sekian. Dan hal itu juga yang terjadi pada Padange Ati,” ujarnya.
Imam Thabrani juga menjelaskan, sekte sesat ibarat ledakan. “Sekali meledak setelah itu mati,” tegasnya. Hal itu tidak lain lantaran kasus materi.
Untuk mengantisipasi hal itu agar tidak terulang, pihak MUI telah mensosialisasikan daftar sekte yang dianggap sesat berikut kriterianya. Sosialisasi tersebut dilakukan kepada MUI daerah, ormas Islam, dan masjid.
Mereka duduk bersemedi dengan menyebut nama Tuhan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Yang beragama Islam menyebut Allah, sedangkan Kristen menyebut Tuhan Yesus...
MUI juga mengimbau masyarakat agar tidak asal percaya pada sekte-sekte baru, lantaran sekte tersebut belum tentu sesuai dengan Islam yang benar. “Jika ada ajaran baru, seharusnya masyarakat melaporkannya ke kiai atau MUI setempat. Dan jika terbukti salah, maka akan ditindaklanjuti oleh MUI,” tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, sekte Padange Ati (PA) telah dianut oleh sekelompok warga di Dusun Mbiluk, Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Dan sudah muncul sekitar tahun 2007 atau 2008 silam.
Menurut keterangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Blitar, para pengikut PA sudah berani meninggalkan syariat agama yang diakui pemerintah khususnya agama Islam.
Salah seorang anggota jamaah PA yang sebelumnya mengaku Islam, kini berani mengabaikan shalat. Bahkan menilai dogma shalat 5 waktu sebagai tata cara pemeluk agama yang masih dangkal keilmuannya.
Menurut penganut PA ini, haji tidak perlu ditunaikan di tanah suci Makkah karena termasuk kegiatanan pemborosan.
Ritual yang dilakukan para pemeluk PA mirip dengan pengikut tarikat atau tasawuf. Mereka duduk bersemedi dengan menyebut nama Tuhan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Yang beragama Islam menyebut Allah, sedangkan Kristen menyebut Tuhan Yesus, sementara Hindu atau Budha tetap memakai istilah Sang Hyang Widi. (PurWD/dbs)