Menteri Besar Negara Bagian Gujarat, India, Narendra Modi, dalam waktu dekat akan berkunjung ke Sulawesi Selatan. Tokoh Muslim setempat meminta pemerintah memahami kondisi psikis masyarakat. Sebab, Narendra dikenal sebagai tokoh di balik pembantaian ribuan Muslim di India.
Wakil Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Waspada Santing memang mengaku tidak familiar dengan nama Modi. Dia hanya mengetahui melalui tulisan-tulisan di media internasional sebagai aktor di balik serangkaian pembunuhan umat Muslim di India.
"Jika betul dia selama ini terlibat dengan pembunuhan umat Islam, apalagi kalau dia itu antiislam dan menjadi dalang pembunuhan di sana, tentu kita berharap agar pemerintah Sulsel dan DPR mempertimbangkan rencana itu," paparnya di Makassar, Kamis (11/11).
Menurutnya, jika anggota Partai Bharatiya Janata (BJP) itu memang seorang 'kriminal', maka semua umat Muslim mengetahui dan terluka akibat perbuatannya.
"Tentu kalau rakyat Sulsel tahu, mereka tidak menginginkan kedatangannya. Apalagi mengetahui ada saudara-saudara kita yang dibunuh tanpa sebab. Bukan hanya umat Islam saja, tapi juga umat lain, kita tidak ingin mereka dibantai secara biadab atau mati tidak sah," jelas Sekjen Forum Ukhuwah Islamiyah Sulsel ini.
Namun, jika Narendra tetap akan datang, dia berharap agar umat Islam bersikap dewasa menerima kedatangannya. "Tentu kita gembira kalau ada urusan ekonomi. Sebab bisa meningkatkan ekspor-impor atau kerjasama bilateral yang menguntungkan. Apalagi jika menguntungkan petani kita dan petani dan pedagang Gujarat India," imbuhnya.
Dia hanya dapat mengimbau pada kelompok yang nantinya bereaksi agar dapat beraksi secara bijaksana, dengan pertimbangan tidak merugikan daerah Sulsel. Yang jelas, harus ada informasi lebih akurat siapa Narendra sebenarnya jika ia berkunjung ke Indonesia.
Dalam laporan Komisi HAM PBB mengecam India yang menutup kasus kerusuhan Gujarat 2002 yang menelan korban jiwa 2000 warga Muslim. Bahkan, hingga kini Muslim di Gujarat dikabarkan masih hidup dalam ketakutan.
Saat itu, setidaknya 2000 warga Muslim ditikam, disiksa, ditembak, dan dibakar hingga tewas dalam kerusuhan. Kerusuhan meletus setelah 59 peziarah Hindu tewas akibat kebakaran di sebuah kereta api yang pada awalnya dituduh dilakukan kelompok Muslim. Padahal, hasil penyelidikan kemudian menyimpulkan kebakaran itu tidak disengaja.
[voa-islam/inilah]