“Jakarta adalah kota terbesar kedua di Asia yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Ini tidak lepas dari udara tercemar Jakarta yang sudah sedemikian parah.”
Demikian kata Ubaidillah, direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) DKI Jakarta. “Namun pencemaran udara bukanlah satu-satu faktor,” tambahnya. “Jumlah kendaraan mencapai hampir sepuluh juta tahun ini. Ditambah lagi tidak adanya reboisasi atau penghijauan. Juga ruang terbuka di Jakarta sudah sangat minim.”
Inilah akibat pengalihan fungsi ruang-ruang kosong yang berubah menjadi beton-beton bertingkat dan pusat komersial seperti mall, perumahan elit, dan sarana hiburan . Itu semua menjadi faktor mengapa Jakarta sangat rentan terhadap perubahan iklim.
ditambah dengan iklim yang tidak menentu saat ini, diperkirakan Jakarta akan mengalami banjir bandang tahun 2010, bahkan tahun 2012 delapan puluh persen ibukota bisa tergenang air...
“Ini berlaku bagi seluruh ibukota,” tegasnya. "Jakarta ini, yang dengan luas sekitar 6.500 meter persegi, ini hampir semua wilayahnya sudah tidak ada wilayah kosong. Hanya 9 persen saja yang masih ada tanah-tanah yang terbuka. 9 Persen itu berada di daerah-daerah selatan Jakarta."
Tapi umumnya Jakarta sudah sangat penuh dengan jumlah penduduk, kendaraan dan beton yang sudah sedemikian meningkat. Seharusnya ini ditanggulangi pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang bisa mendorong meminimalisir dampak-dampak ini. Sementara untuk kota-kota besar lain di Indonesia masih dalam tahap menuju kerusakan lingkungan, tapi tidak separah di Jakarta.
Daerah-daerah lain seperti di Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, itu juga daerah-daerah yang rentan. Tidak mustahil daerah-daerah tersebut juga bisa sama seperti di Jakarta. Saat ini sudah mengkhawatirkan.
Prakiraan terburuk
Ditambah dengan iklim yang tidak menentu saat ini, diperkirakan Jakarta akan mengalami banjir bandang tahun 2010, bahkan tahun 2012 delapan puluh persen ibukota bisa tergenang air.
Ini tidak hanya akibat air hujan yang tidak bisa terserap tanah, karena tanahnya sudah menjadi beton semua. Selain itu juga air masuk ke kali tidak bisa terbuang ke laut. Sementara laut mengalami pasang akibat perubahan iklim tersebut.
"Lagi-lagi akibat perubahan iklim air laut sangat potensi masuk ke darat, yang juga dikenal dengan banjir rob. Jadi Jakarta ini akan menjadi tempat banjir akibat hujan, dan juga akan terkena akibat banjir akibat luapan air laut. Itu sangat mengerikan sekali” kata Ubaidilah menjelaskan.
Iklim tidak menentu
Saat ini, perubahan iklim sangat tidak menentu. Musim kemarau lalu Jakarta masih dilanda hujan seminggu sekali atau seminggu dua kali. Perubahan iklim tidak menentu seperti ini sangat terasa sekali dampaknya.
Walhi DKI Jakarta merekomendasikan pemerintah berani mengaudit pembangunan, jika terjadi pelanggaran aturan. Pelanggarnya harus segera ditindak. Tidak hanya pengembangnya melainkan juga pihak-pihak yang memberikan ijin.
Darena Jakarta, sesuai UU 26/2007 tentang tata ruang, tiga puluh persen wilayah ibukota adalah wilayah terbuka. Tapi saat ini wilayah terbuka hanya sembilan persen.
"Ini sangat tidak ideal sekali. Kita selalu merekomendasikan sekarang ini stop, tidak ada lagi pembangunan yang memakan wilayah kosong. Kalau bisa wilayah tanah kosong yang sudah telanjur dibeli pengembang, kalau pemerintah mau, segera diambil alih lagi atau dibeli lagi oleh pemerintah."
Maka pemerintah harus segera memperbaiki saluran-saluran air atau drainase serta kali-kali di kota yang semrawut ini. Banjir kanal yang saat ini sedang dibangun juga harus dipercepat. Karena sampai saat ini masih belum selesai. Sementara musim penghujan segera datang.
Ubaidilah memperingatkan, "Paling tidak akhir Desember dan awal Januari, prediksi kita, Jakarta akan mengalami banjir yang besar lagi musim tahunan itu." [voa-islam/rnl]