Jayapura (voa-islam) - Kalau di wilayah Jakarta dan sekitarnya, menjelang Hari Raya Idul Adha dibanjiri pedagang hewan korban, berbeda dengan di Jayapura. Di Ibu Kota provinsi yang terletak paling timur Indonesia itu tak nampak pedagang hewan kurban yang menjajakan sapi atau kambing di pinggir jalan.
Umat muslim di ibu kota Papua itu, biasanya, membeli hewan kurban di daerah transmigrasi yang letaknya jauh di luar kota Jayapura atau berjarak ratusan kilometer dari pusat kota.
Para transmigran yang berada di daerah Arso, Koya, ataupun Nimbokran selain bercocok tanam di ladang mereka juga beternak sapi dan kambing. Di kota yang dulunya bernama Hollandia lalu Soekarnopura kepadatan penduduk membuat peternakan hewan jarang ditemukan. Kalaupun ada, pedagang itu pun hanya seorang tengkulak.
Harga hewan korban di sana tak jauh beda dengan di Jakarta. Untuk sapi harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp 8 juta hingga Rp10 juta tergantung dari besar kecilnya ukuran. Sedangkan untuk kambing harganya berkisar antara Rp 1,2 juta hingga Rp1,5 juta, itu belum termasuk ongkos antar hingga tempat tujuan.
"Biasanya diantar dua hari atau sehari sebelum Idul Adha," ujar Supri salah seorang warga Jayapura, yang tahun ini akan melaksanakan ibadah kurban.
Ibadah kurban memiliki banyak keutamaan, di antaranya setiap bulu hewan korban akan dihitung satu hasanah (kabaikan), pahalanya sudah sampai kepada Allah sebelum darahnya jatuh ke tanah, dan masih banyak keutamaan lainnya.
Disamping sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas karunia nikmat-Nya yang banyak, berkurban merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri kepada Allah) dan ibadah yang agung, karena disandingkan dengan shalat.
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah." (QS. Al-Kautsar: 1-2). karenanya seorang muslim harus berusaha sungguh-sungguh untuk melaksanakan ibadah ini. (PurWD/dbs)