Jakarta (voa-islam) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengingatkan kepada para inisiator yang dimotori oleh Tim sembilan dalam menguak kasus Bank Century berhati-hati agar tidak terjadi pengalihan isu pada hal-hal lain.
“Yang saya takutkan terjadi pengalihan isu menjadi dengan melakukan pembenturan, menjadi isu agama, entis, kelompok dan lainnya,” katanya ketika menerima anggota tim sembilan di gedung PBNU, Senin (30/11).
Jika upaya itu berhasil, maka isu korupsi yang menjadi tujuan utama akhirnya akan tersingkir menjadi isu-isu lain yang merusak sehingga koruptor akan melenggang dengan aman.
Aktifis Islam hendaknya juga berhati-hati jangan sampai menjadi tumbal pengalihan isu Century dengan isu terorisme.
Hasyim juga mengingatkan dalam melakukan gerakan antikorupsi agar berhati-hati, karena para koruptor memiliki kekuatan yang luar biasa.
"Kita harus sadar bahwa koruptor punya kekuatan yang besar," katanya usai bertemu sejumlah tim sembilan.
Menurut Hasyim, masyarakat Indonesia harus berpegang pada prinsip bahwa yang diberantas adalah korupsinya. Tidak hanya koruptornya saja.
Ia menegaskan, PBNU mendukung upaya pemberantasan ini melalui gerakan moral. Untuk itu, pada hari Rabu mendatang, para tokoh agama akan berkumpul membicarakan masalah ini.
“NU tetap konsisten dan membela selama ini tetap dalam koridor moral,” tegasnya.
Upaya ini menurutnya harus terus dijaga mengingat saat ini banyak orang yang bisa disewa untuk melakukan sesuatu, yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat umum.
Kekhawatiran Hasyim ini sangat beralasan dengan seringnya muncul pendemo bayaran. Contohnya pada Ahad kemarin, ketika Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi (Kompak) di Bundaran Hotel Indonesia (HI) melakukan aksi damai, tiba-tiba sejumlah massa yang mengaku masyarakat dari Indonesia Timur ikut berdemo bersama mereka. Bahkan mereka berusaha membubarkan aksi damai Kompak.
Dalam aksinya, mereka mendukung Kapolri untuk tidak mundur dalam kisruh kasus dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto.
Salah satu pengunjuk rasa pendukung Polri yang tak mau disebutkan namanya mengaku mendapat bayaran Rp100 ribu plus sebungkus nasi padang. (PurWD/dbs)