Madura (voa-islam.com) - Masih lekat dibenak Haji Abdul Aziz, warga desa Ganding Timur, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, betapa meriah perayaan kedatangannya dari tanah suci bersama istrinya Hajah Nur Hasanah, setahun lalu. "Lebih meriah dari arak arakan calon bupati," kenang, pria berusia 50 tahun ini. Senin lalu.
Saat tiba di Pondok Pesantren Banyu Anyar Kabupaten Pamekasan tempatnya mendaftar haji, ada seratus sepeda motor dan delapan mobil yang mengawal Abdul Aziz sampai di rumahnya yang berjarak sekitar 60 kilometer dari pesantren tersebut.
"Tiap sepeda dan mobil harus diberi uang, bensin dan makan," ujarnya.
Biasanya satu sepeda motor di bayar Rp 20 ribu termasuk bahan bakar, untuk mobil biasanya Rp 150-250 ribu tergantung jenis mobil dan belum termasuk bahan bakar dan makan. "Biaya datang haji di Madura lebih mahal," katanya.
Kalau dihitung-hitung, dana yang dikeluarkan untuk biaya selamatan kedatangan haji di Madura, cukup untuk biaya satu orang berangkat haji...
Aliran uang tidak berhenti di situ, setelah sampai di rumah adalah pengeluaran terbesar, Aziz mengaku harus menyembelih dua ekor sapi masing-masing seharga Rp 8 juta, kwintalan beras dan berbagai hidangan lain disiapkan kepada saudara dan tamu yang datang "ziarah". Belum termasuk, oleh-oleh bagi peziarah, biasanya kurma, kopiah, kerudung, sarung dan air zamzam.
"Biasanya menerima tamu baru berakhir setelah tujuh hari, setiap tamu harus diberi oleh-oleh," kata Aziz.
Kalau dihitung-hitung, dana yang dikeluarkan untuk biaya selamatan kedatangan haji di Madura, lanjut Aziz, cukup untuk memberangkat satu orang untuk naik haji, hanya karena pengeluarannya tidak sekaligus, tidak terasa banyak.
Meski mahal, Aziz mengaku untuk di Madura perayaan kedatangan haji yang meriah sudah merupakan tradisi umum bagi masyarakat. Sehingga bila tidak dilaksanakan, gelar haji terasa kurang afdol.
...berangkat haji dari Kalimantan jauh lebih hemat, bahkan di Balikpapan ada orang naik dan pulang haji, cukup dijemput ojek...
Jika boleh memilih, Hajah Nur Hasanah, istri Aziz, mengatakan ingin berangkat dari Kota Samarinda Kalimantan Timur, tempatnya mencari nafkah. Tapi ia terpaksa berangkat dari Madura karena saat itu kuota Kalimantan Timur, sudah penuh hingga lima tahun ke depan.
Padahal, kata perempuan beranak dua ini, berangkat haji dari Kalimantan jauh lebih hemat dari segi biaya karena tidak ada arak-arakan motor, tidak perlu potong sapi dan memberi oleh-oleh bukan kewajiban. "Bahkan di Balikpapan ada orang naik dan pulang haji, cukup dijemput ojek," tuturnya. [taz/musthofa bisri/tmpo]