View Full Version
Senin, 21 Dec 2009

Di Indonesia, Orang Miskin Tak Boleh Melanggar Hukum

PALEMBANG (voa-islam.com) - Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Sumatra Selatan (Sumsel) menyoroti sistem hukum di Indonesia yang dinilai buruk, dengan banyak skandal korupsi yang mencuat secara nasional maupun di daerah yang tidak tuntas penegakan hukumnya.

"Banyak problem hukum yang melibatkan orang-orang besar namun dalam pengusutannya seolah lama proses hukumnya, sedangkan saat persoalan hukum menimpa rakyat kecil begitu mudah diputus tanpa melihat unsur keadilan," kata Ketua DPD MHTI Sumsel, Eti Sudarti Adilah, di Palembang, Ahad.

Saat ini belum ada hukum yang berpihak pada yang lemah atau masyarakat kecil, katanya di sela Tablig Akbar Muharam 1431 Hijriah.

Selain menyoroti kondisi hukum di negeri ini, mereka juga mengkritisi kebobrokan kapitalisme dan liberalisme yang terus berkembang di Indonesia.

Saat ini belum ada hukum yang berpihak pada yang lemah atau masyarakat kecil...

Eti menyebutkan, seperti kasus yang menimpa Nenek Minah (55) yang divonis 1 bulan 15 hari oleh Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (19/11) atas tuduhan pencurian buah kakao seberat 3 kilogram milik PT Rumpun Sari Antan (RSA).

Tanpa didampingi pengacara, warga Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang ini berusaha tetap tegar saat menyampaikan pembelaan atas dakwaan tersebut.

Menurut dia, kondisi tersebut menunjukkan masalah ketidakadilan hukum di Indonesia yang cepat berjalan bagi masyarakat kecil, namun untuk menghukum penjahat kelas kakap yang koruptor sangat tumpul.

Dengan kata lain, hukum masih berpihak pada kaum kapitalis atau pemilik modal, kata Eti pula. "Seperti kasus Bank Century dan kasus kriminalisasi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang memperlihatkan konspirasi politik di dalamnya.

...hukum masih berpihak pada kaum kapitalis atau pemilik modal, seperti kasus Bank Century dan kasus kriminalisasi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang memperlihatkan konspirasi politik...

Kasus Century itu sangat merugikan negara dan masyarakat banyak," kata dia.

Dia menyatakan pula, saat ini negara belum sanggup menyejahterakan rakyatnya dikarenakan tatanan politik, ekonomi, dan sosial berpihak pada kapitalis atau pemilik modal saja. Akibatnya perbedaan antara si miskin dan yang kaya semakin tajam, ujar dia.

"Belum lagi kekayaan alam yang terdapat di Indonesia ternyata belum dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat, mengingat saat ini terus dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan asing," kata dia lagi.

Tablig akbar ini dihadiri remaja putri, ibu-ibu dari majelis taklim di tingkat kota dan provinsi di Sumsel serta kalangan dosen, mahasiswa, dan guru Agama Islam.

Tema yang dibahas tentang Potret Buram Muslimah dan Keluarga Muslimah, Solusi Problematika Umat, dan Persoalan Daulah khilafah. Syafrida dari Forum Umat Islam (FUI) Sumsel dalam tablig ini menjabarkan tentang potret buram muslimah dan keluarganya.

Dia menyebutkan, krisis global tahun 2007-2009 mengakibatkan krisis perekonomian yang menimpa keluarga-keluarga Muslim dan masyarakat lainnya.

"Akibatnya kaum muslimah terperangkap dalam dunia bebas, tanpa menghiraukan norma-norma agama yang seharusnya dapat menuntun mereka ke jalan yang benar," kata dia.

Indonesia Miskin Keteladanan Pemimpin

Sementara itu, Ustadz Subki al-Bogory menilai Indonesia miskin contoh keteladanan pemimpin sehingga kondisi bangsa Indonesia tetap terpuruk dan keadaan ini akan terus berlangsung sepanjang tidak ada keinginan untuk memperbaiki tradisi buruk apapun juga.

Ustadz Subki al-bogory saat memandu program siaran "Damai Indonesiaku" yang disiarkan secara langsung oleh sebuah stasiun TV di Pesantren Darul Muttaqien, Bogor, Minggu, menyatakan, bangsa Indonesia miskin contoh pemimpin yang memiliki teladan bagi rakyat.

Pada kegiatan yang dipusatkan di aula masjid putri Pesantren Darul Muttaqien tersebut, mengetengahkan tema internalisasi makna hijrah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Bangsa Indonesia miskin contoh pemimpin yang memiliki teladan bagi rakyat" ujar Ustad Subki

Menurut Subki tahun baru 1 Muharram 1431 Hijriyyah harus dijadikan sebagai momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.

"Semangat yang terkandung dalam ajaran hijrah perlu dipahami dan dikembangkan dalam kehidupan. Hijrah harus dipahami sebagai upaya meninggalkan tradisi buruk dengan melakukan perbaikan," kata dia.

Dia menambahkan, hijrah juga dapat diartikan sebagai tekad melakukan aktivitas yang memiliki manfaat besar bagi masyarakat luas, meningkatkan ketaatan serta mewujudkan kesalehan sosial dalam kehidupan.

"Rasul telah mengajarkan umat Islam untuk hijrah guna meningkatkan kualitas dalam melakukan dakwah islamiyah," tegas dia.
Dia menambahkan, "Hijrah dilakukan Rasul bukan atas dasar takut terhadap musuh, namun sebagai upaya dan strategi melakukan perubahan yang lebih besar dalam kehidupan. [Ali/ant]


latestnews

View Full Version