MAKASSAR (voa-islam.com) - Warga Rappocini, Makassar, kemarin menggelar pertemuan yang dihadiri ulama, perwakilan dari Departemen agama dan MUI untuk menyidangkan Paruru Daeng Tau, 42 tahun, yang mereka tuduh telah menyebarkan aliran sesat.
Pertemuan di Masjid H Bani Adam Taba sekitar pukul 13.00-15.00 itu sempat memanas karena Paruru berkukuh menyatakan ajaran bernama Aliran Hamba Allah yang dibawanya berasal dari Allah.
"Ajaran ini atas suruhan Allah," kata laki-laki berambut gondrong, yang mengaku ajaran ini diperolehnya pada 2000, ketika salat di rumahnya di Tamanyuru, Kabupaten Gowa.
..."Ajaran saya ini tidak membedakan Islam, Kristen, Buddha, Hindu. Semua disamakan untuk mencari kebajikan," kata paruru...
Namun dia membantah disebut nabi atau rasul. Di mata Tuhan, kata Paruru, dia hanya seorang pembantu yang disuruh untuk mengajarkan aliran yang dianutnya, namun tidak terlepas dari ajaran Islam. Yang membedakan hanyalah cara beribadahnya dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Ajaran Paruru itu menuntut kebajikan, keselamatan, dan saling merangkul setiap penganut agama. "Ajaran saya ini tidak membedakan Islam, Kristen, Buddha, Hindu. Semua disamakan untuk mencari kebajikan," katanya. Ia juga mengatakan akan mematenkan ajarannya itu.
Mendengar penjelasan itu, ratusan warga langsung menuntut Paruru bertobat dan mengucapkan dua kalimat syahadat. "Suruh bacakan dua kalimat syahadat yang sebenarnya. Jika tidak, kami akan menempuh jalur sendiri," ujar seorang warga, yang diiyakan warga lainnya.
Setelah mendapat penjelasan dari Ketua MUI Makassar Muhammad Achmad dan wakil dari kantor Departemen Agama, Paruru mengakui kesalahannya. Tapi dia tetap tidak membaca dua kalimat syahadat, meskipun ia berjanji siap bertemu dengan kedua instansi itu.
Achmad mengatakan apa yang dilakukan Paruru bukanlah kejadian pertama, sehingga ia hanya berpesan supaya penyebar ajaran sesat itu kembali ke jalan yang benar. "Bisikan yang diterimanya ini datangnya dari setan, sehingga perlu diluruskan. Saya tidak memvonis seseorang, sebaiknya diberikan pengarahan yang jelas tentang ajaran Islam yang semestinya," katanya.
Seusai pertemuan, Paruru dibawa ke rumah seorang warga untuk diamankan. Paruru berada di Rappocini sejak beberapa bulan lalu. Ia berdakwah secara sembunyi-sembunyi, sampai akhirnya pada 25 Desember lalu, ia berbicara di Masjid Bani Adam. Warga kemudian bereaksi dan menuntut dilakukan pertemuan.
Jaka, 30 tahun, mengaku pernah diajak oleh Paruru mengikuti ajarannya. "Dia mengaku Rasul dan syahadatnya tidak ada nama Nabi Muhammad, makanya saya tolak," kata Jaka, yang didekati Paruru pada Ramadan lalu.
Paruru: Saya Didatangi Ruh Penguasa Alam
Pertemuan ini awalnya atas inisiatif Muhamad Imran, tokoh masyarakat Rappocini yang aktif melaksanakan kegiatan keagamaan di mesjid Bani Adam Taba, hal ini dia lakukan untuk meredam keresahan warga dengan mengundang Paruru dan sejumlah tokoh agama seperti AGH Ahmad Mauhammad, ketua MUI Makassar.
Dalam dialog, Paruru memaparkan bahwa pada tahun 2000 lalu, ia mendapat petunjuk saat melaksanakan salat di rumahnya. Ia juga mengaku didatangi ruh, dan ruh tersebut mengaku sebagai penguasa alam.
...."Saya ini bukan nabi atau rasul, saya hanya pesuruh tuhan, yang wajib menyampaikan kepada umat manusia bahwa era Nabi Muhammad, dan sejumlah nabi dan rasul lainnya habis sejak tahun 2000."....
"Saya ini bukan nabi atau rasul, saya hanya pesuruh tuhan, yang wajib menyampaikan kepada umat manusia bahwa era Nabi Muhammad, dan sejumlah nabi dan rasul lainnya habis sejak tahun 2000."
Ia juga mengatakan bukan hanya Nabi Muhammad, yang berakhir masa kenabiannya ditahun 2000, tapi seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus Allah di muka bumi ini. Dan salat lima waktu diganti hanya dua kali dalam sehari semalam.
Tak ayal, penjelasan Paruru mendapatkan kecaman keras dari sejumlah warga yang hadir. Meski demikian Paruru, mengatakan tidak mempermasalahkan jika ia dipanggil orang gila," saya sangat menyakini akan kebenaran ruh tersebut," lanjutnya.
Pria kelahiran Takalar ini, bahkan mengaku bukan hanya dirinya yang bisa bertemu langsung dengan "Tuhan", seluruh masyarakatpun bisa bertemu asalkan sesuai dengan doa tertentu.
Mengganti Syahadat dan Tidak Mewajibkan Sholat
Selain mengaku mendapat "wangsit", Paruru juga mengubah dua kalimat syahadat, dengan diganti menjadi "Asyhadu anlaa ilaha illallah, Allahu Akbar", " sementara kesaksian akan Nabi Muhammad ditiadakan," lanjutnya.
Paruru bahkan dengan santainya memperaktekkan cara ia beribadah saat sejumlah hadirin meminta memperlihatkan gaya sembahyangnya.
"Cukup dengan melipatkan kedua tangan di dada, kemudian membaca doa dalam bahasa lontara dan bersujud tiga kali," ungkap Paruru yang pernah menjadi tukang becak di Gowa.
Paruru juga mengatakan tujuan manusia itu diciptakan untuk beribadah, dan salat bukanlah satu-satunya cara beribadah,"Illa liaybbudun, itu artinya untuk menyembah. Bukan salat, seperti yang dipahami kebanyakan orang selama ini," ujarnya.
Disaat Paruru menjelaskan prihal kepercayaanya, tiba-tiba seorang pemuda berpeci putih, muncul di tengah kerumunan dan menujuk ke arah Paruru dan memaksanya mengucapkan dua kalimat syahadat.
Meski tidak sempat terjadi tindak kekerasan, namun pertemuan tersebut sempat gaduh, hingga akhirnya ditunda beberapa saat lamanya. Saat suasana tenang Paruru, kembali menyampaikan penjelasannya.
Ditanyai dengan simbol alirannya, Paruru, mengaku belum tahu," nanti kami tanyakan lagi sama tuhan," jelas Paruru yang disambut dengan gelak tawa para hadirin. weh iso-iso wae, tuhane paruru tukang becak kali. [Ibnudzar/dbs]