View Full Version
Rabu, 10 Feb 2010

''Istighosah Dangdut'' Disoal Dewan di Probolinggo

Probolinggo (voa-islam.com) - Polemik soal gelaran istighotsah akbar peduli UASBN dan Ujian Nasional (unas) di Kota Probolinggo pada Kamis (4/2) lalu, terus bergulir. Anggota Komisi A DPRD setempat Abdul Aziz pun bersuara, menyoroti acara istighotsah yang sempat diawali dengan nyanyi dangdut itu.

Abdul Aziz mengaku sangat prihatin dengan acara itu. Menurutnya, istighostah itu sangat sakral untuk bermunajat kepada Allah. Memang dengan adanya nyanyian dangdut, tidak membatalkan acara tersebut.

Tapi, itu bisa mengurangi kesakralannya. "Kalau sampai terjadi desakralisasi karena adanya dangdutan, maka panitia harus bertanggung jawab untuk mengembalikan kesakralan istighotsah," ujarnya kemarin

Diberitakan sebelumnya, pada Kamis (4/2) lalu digelar acara istighotsah menghadapi UASBN dan Unas yang diikuti ribuan pelajar di Kota Probolinggo. Acara itu digeber di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan.

Acara itu sempat molor dari jadwal yang sudah ditetapkan. Alhasil, banyak siswa memilih meninggalkan lokasi karena acara dimulai sangat lama. Lokasinya panas dan siswa tidak kebagian tempat. Dan sebelum istighotsah digelar, ada acara nyanyi-nyanyi dangdutan dari kalangan pejabat dan undangan.

Nah, jalannya acara itu kemudian disoroti Ketua DPKP Wawan E. Kuswandoro. Wawan berpandangan, pencampuran acara istighotsah dengan nyanyi dangdut sama saja mendesakralisasi istighotsah yang sebenarnya berarti doa. Tapi, sorotan Wawan malah direaksi para guru agama yang menjadi panitia acara tersebut. Para guru agama itu tidak terima dengan sorotan Wawan.
Sementara anggota Komisi A DPRD Abdul Aziz kemarin menyatakan, istighotsah tidak bisa dijadikan satu paket dengan dangdutan. Dan tidak ada dalam sejarah bahwa dangdutan yang lagunya cinta-cintaan itu akan mengangkat ketakwaan. "Kalau guru agama, atau guru-guru yang memahami urusan-urusan agama sudah berani seperti itu, bagaimana dengan yang lain?" katanya.

...Aziz juga menyatakan kekecewaannya pada panitia. "Insyaallah itu akan lebih baik kalau diawali dengan salawat dan istighfar. Itu untuk memancing kekhusyukan dalam bertaqarrub kepada Allah. Kalau semacam itu, dicampur aduk, kok seperti ospek saja," ujarnya....

Aziz juga menyatakan kekecewaannya pada panitia. "Insyaallah itu akan lebih baik kalau diawali dengan salawat dan istighfar. Itu untuk memancing kekhusyukan dalam bertaqarrub kepada Allah. Kalau semacam itu, dicampur aduk, kok seperti ospek saja," ujarnya.

Aziz juga meminta orang-orang yang telibat dalam acara tersebut untuk bisa menempatkan diri. Utamanya kepada para pejabat. "Kepada para pejabat, tolong juga memahami mana yang acara ritual dan mana yang acara hiburan. Hendaknya tidak semerta-merta mengambil peran dalam acara itu," ujar politisi asal PKB ini.

Selain itu, Aziz juga meminta kepada dinas pendidikan untuk memberi pembinaan terhadap para guru agamanya. Menurutnya, menjadi guru agama tidak cukup hanya memahami materi agama saja. Tapi, juga harus mengerti dan memahami nilai-nilai dari agama. "Ingat, ini sangat beda," kata Aziz yang juga ketua RMI PC NU Kota Probolinggo ini.

Bagi Aziz, panitia seharusnya bisa memberi penjelasan dan pelajaran bagaimana istighotsah itu seharusnya. "Kita harus meluruskan. Jangan sampai ada perseta didik mengatakan acara istighotsah tidak apa-apa dicampur dengan dangdutan. Rujukannya apa? Ya acara yang kemarin itu," ujarnya.

Sedangkan Ketua Jaringan Koordinasi Madrasah Aliyah (MA) swasta (Jakmas) se-Kota Probolinggo Misbahul Munir mengaku sangat mendukung digelarnya istighotsah tersebut. Menurutnya, dengan adanya istighotsah itu, berarti usaha lahir batih sudah dilakukan untuk mencapai sukses. "Itu merupakan usaha lain untuk menyukseskan adanya UABN dan Unas," ujarnya.

Tapi, ada yang perlu dikaji ulang dalam acara tersebut. Yakni adanya dangdutan dengan lagu cinta-cintaan. "Kami khawatir makna istighotsah itu akan luntur," kata Munir.

Menurutnya, bila ada acara lain selain istighotsah hendaknya tidak dicampurkan. Atau nama acaranya bukan istighotsah. "Kalau ada dangdutannya bisa dengan memberi nama nada dan dakwah saja, bukan istighotsah," ujarnya.

Munir juga menyayangkan masalah tempat, menurutnya, acara itu akan lebih baik apabila di gelar di tempat ibadah. Meski bagi muslim itu berdoa boleh di mana saja, tapi akan lebih baik kalau di tempat ibadah. "Kenapa tidak di masjid? Padahal lebih bisa khusuk apabila di masjid," terangnya. (Ibnudzar/jpnn)


latestnews

View Full Version