View Full Version
Selasa, 27 Jul 2010

Astagfirullah, Miras Tumbuh Subur di Gerai Ritel Konvensional

Jakarta (voa-islam.com) -Bisnis ritel di Indonesia saat ini seperti mendapatkan momentum.Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, bisnis ritel terutama yang melayani kebutuhan konsumsi keseharian (fast moving consumer goods) mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Krisis global terjadi hingga akhir tahun lalu,tapi bisnis ritel tetap mampu menjaga momentum dengan tingkat pertumbuhan di level 15% .Pencapaian tersebut memang menurun dibandingkan 2008 yang menyentuh 21,1%. Kendati begitu, pertumbuhan 15% di tengah krisis merupakan pencapaian yang luar biasa.

Mengacu pada 2008, tingkat pertumbuhan ritel lebih banyak di dominasi upaya ekspansi yang dilakukan beberapa peritel di Indonesia, peningkatan gaya hidup, serta pertumbuhan belanja iklan. Pada 2008 ritel berformat besar seperti Hypermart, Giant, dan Carrefour tumbuh cukup pesat.

Hypermart dari yang sedianya 36 unit,berkembang menjadi 43 unit. Giant tumbuh dari 17 unit menjadi 26 unit. Sedangkan Carrefour dari 37 menjadi 42 unit. Untuk ekspansi supermarket, Carrefour Express dari nol menjadi 14 unit, Giant dari 23 menjadi 55 unit,Superindo dari 56 menjadi 63 unit.Sedangkan untuk minimarket juga mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Alfamart yang awalnya berjumlah 2.361 unit meningkat menjadi 2.736 unit.

Indomaret dari 2.425 menjadi 3.093 unit,Circle K dari 120 menjadi 210 unit, dan Yomart dari 144 menjadi 162 unit. Berdasarkan data terakhir, jumlah gerai ritel modern di Indonesia, Carrefour memiliki 81 gerai yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Sedangkan Giant yang berada di bawah bendera PT Hero Supermarket Tbk Indonesia memiliki 95 gerai. Kemudian Hypermart (Matahari Grup) dengan 39 gerai.

Pada periode 2004–2008,omzet pasar modern tumbuh 19,8%, tertinggi dibanding format ritel modern yang lain. Omzet department store, specialty store, dan format ritel modern lain masingmasing meningkat hanya 5,2%, 8,1%,dan 10% per tahun.

Peningkatan omzet yang cukup tinggi tersebut membuat pasar modern semakin menguasai pangsa omzet ritel modern. Pada 2004 market share omzet pasar modern adalah 70,5% dari total omzet ritel modern di Indonesia.Total omzet pasar modern pada 2004 mencapai Rp27 triliun. Sementara total omzet bisnis ritel modern mencapai Rp38,2 triliun. Pada 2008 market shareomzet pasar modern meningkat menjadi 78,7% dari total omzet ritel modern dengan total omzet mencapai Rp55,4 triliun.

Kurangnya Kejujuran Kasir Gerai

Permasalahan muncul bukan karena besarnya omset yang diterima oleh pihak retailer. Bagi kami umat Islam, akan sangat sedih sekali ketika kami mencoba masuk ke dalam gerai-gerai ritel modern tersebut.

Tahun 2009 kecurangan kasir dalam memberikan kembalian dalam bentuk permen sempat ramai dibicarakan media. Bukan perkara besarnya duit (25, 50 atao 75), tetapi ini persoalan itikad untuk berbuat jujur dari penjual-gerai terhadap konsumennya dan etika dalam jual beli sehingga tidak ada pihak yg dirugikan.

...Di dalam gerai-gerai tersebut terdapat minuman-minuman beralkohol, rokok yang diharamkan Agama Islam, tak perduli gerai tersebut dimiliki Pak Haji atau bukan...

Nilai 25 atau 50 memang tidak besar, tapi ini adalah nilai yg harus diberikan ke konsumen jika konsumen seharusnya menerima duit kembalian. Perkara nanti konsumennya merelakan untuk tidak menerima itu sudah lain cerita, tapi juga seharusnya konsumen tidak dibuat untuk merelakannya.

Apalagi jika diberi kembalian berupa permen, ini sangat merugikan. Konsumen dipaksa maklum untuk membeli barang yg seharusnya tidak ingin dia beli, dan lagian nilai permennya di bawah nilai uang kembaliannya, lagi-lagi gerai yang diuntungkan dengan penjualan permen.

Campur-aduk dengan yang Haram

Yang lebih menyedihkan, di dalam gerai-gerai tersebut terdapat minuman-minuman beralkhohol, rokok yang diharamkan Agama Islam, tak perduli gerai tersebut dimiliki Pak Haji atau bukan yang pasti kontrak kerja antara retailer dengan perusahaan harus dilaksanakan.

Memang hal ini menjadikan fenomena tersendiri disaat geliat syariat Islam mulai terdengung dari sabang sampai merauke. Di awal tahun 2000an memang tren gerai ritel syar'i memang tumbuh dengan pesat meski tak sepesat gerai konvensional.

Contoh gerai Islami bisa kita temui bila Anda mengunjungi gerai minimarket Al Hikmah, ada suasana agak berbeda dari gerai minimarket umumnya yang bertebaran di Jabotabek. Selain menjual produk berlabel halal, manajemen Al Hikmah mengharuskan seluruh pramuniaga wanita mengenakan jilbab. Suasana Islami semakin terasa dengan mengalunnya lagu-lagu penyejuk rohani bagi kalangan Muslim.

Selain Al Hikmah, konsep dan nuansa ritel Islami tampaknya juga berusaha dihadirkan oleh beberapa nama lain: Super Mini Market (SMM) yang dikelola Kopontren Daruut Tauhiid (Bandung), Al Amin (Bogor), dan Markaz yang kini memiliki 17 gerai dengan konsep waralaba.

Pudjianto, Direktur Pengelola Alfamart sebenarnya menyambut baik munculnya minimarket bernuansa Islami, karena kehadiran minimarket ini membidik segmen tersendiri yaitu kaum Muslim. Ia mencontohkan Tip Top, yang sudah dipersepsikan sebagai supermarket bernuansa Islami, sehingga memiliki pelanggan loyal, meskipun harganya belum tentu lebih murah.

Ia membenarkan dari sisi pelayanan, jaringan ritel bernuansa Islami memang terkesan lebih memberikan kenyamanan bagi konsumen. Namun, dari segi harga, ia kurang yakin bila jaringan minimarket bisa memberikan harga lebih murah, karena hal ini terkait dengan volume penjualan.(Ibnudzar/voa)


latestnews

View Full Version