Jakarta (voa-islam.com) -Media Libanon mengecam pasukan perdamaian PBB di Libanon atau UN Interim Force in Lebanon (UNIFIL) menyusul pertempuran yang terjadi di perbatasan Israel dan Libanon pada Selasa, 3 Agustus lalu.
Sebelumnya, stasiun televisi milik Hizbullah, Al-Manar pada 3 Agustus lalu menayangkan gambar dua prajurit Indonesia yang diduga berasal dari UNIFIL, meninggalkan lokasi pertempuran dengan menumpang taksi. Demikian seperti diberitakan situs Almanar.com, Kamis (5/8/2010).
New TV, yang juga bersimpati pada Hizbullah, membahas "kaburnya" prajurit-prajurit UNIFIL tersebut. Tak ayal hal itu menimbulkan kecaman media Libanon. Harian As-Safir misalnya, menyebut pasukan UNIFIL "impoten".
..."Pasukan internasional yang impoten itu mundur, meninggalkan tempat pertempuran dan menonton peristiwa yang terjadi dari kejauhan," tulis As-Safir...
"Pasukan internasional yang impoten itu mundur, meninggalkan tempat pertempuran dan menonton peristiwa yang terjadi dari kejauhan," tulis As-Safir.
Sedangkan harian Al-Anwar mengejek bahwa UNIFIL menjalankan perannya dengan sangat baik ketika keadaan tenang. "Tapi ketika konfrontasi terjadi, mereka cuma penonton yang menghubungi kedua pihak untuk mencoba mengembalikan ketenangan dan kemudian memasukkan laporan ke Dewan Keamanan," tulis media Libanon tersebut.
Harian An-Nahar menuliskan: "Pertanyaannya, apa yang dilakukan jika insiden ini terulang lagi... khususnya menyangkut peran UNIFIL." "Mengapa UNIFIL tidak membantu pasukan, setidaknya dengan memberikan pertolongan pertama?" tanya media tersebut.
Baku tembak antara pasukan Israel dan Libanon pada Selasa, 3 Agustus lalu. Menurut versi media Libanon, pertempuran itu menewaskan tiga warga Libanon, dua prajurit Libanon, seorang wartawan surat kabar Al-Akhbar dan seorang perwira senior Israel.
UNIFIL memiliki sekitar 13.000 tentara dari berbagai negara yang ditempatkan di Libanon selatan. Pasukan multinasional tersebut dibentuk pada tahun 1978 untuk memonitor perbatasan antara Israel dan Libanon selatan.
Kontak Senjata Memang di Wilayah Penjagaan Indonesia
Dalam kontak senjata yang menewaskan lima orang itu. TNI membantah pasukan perdamaian Indonesia melarikan diri, namun wilayah itu memang wilayah jaga pasukan perdamaian dari Indonesia.
..."Itu kan insiden, antara militer Libanon dan Israel di wilayah Indonesia, wilayah kita diberi penugasan," ujar Djoko Santoso...
"Itu kan insiden, antara militer Libanon dan Israel di wilayah Indonesia, wilayah kita diberi penugasan," ujar Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso kepada wartawan di Istana Bogor, Kamis (5/8/2010).
Djoko mengatakan tentara kita tidak ikut terlibat konfrontasi karena bertugas sebagai pasukan perdamaian. "Ada mekanismenya tentara kita lapor ke post commander, dan post commander lapor ke kedua belah pihak," tutur Djoko.
Bukan Kabur, Cuma Berlindung di Balik Bangunan
Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso membantah bahwa prajuritnya kabur dari perang.
..."Bukan kabur, tapi pasukan kita berlindung di balik bangunan itu," ujar Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso...
"Bukan kabur, tapi pasukan kita berlindung di balik bangunan itu," ujar Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso kepada wartawan di Istana Bogor, Kamis (5/8/2010).
Djoko mengatakan, tentara Indonesia adalah tentara perdamaian, jadi tidak boleh ikut konfrontasi. Tentara perdamaian bertugas melerai sebelum kontak senjata terjadi. "Kita kan tentara perdamaian. Itu kan ada mekanismenya," terang Djoko.
Lebih lanjut, Djoko menjelaskan bahwa mekanisme sebagai petugas perdamaian, adalah melaporkan ke post commander, lalu post commander yang melaporkan ke kedua belah pihak yang bertikai.(Ibnudzar/dto).