View Full Version
Rabu, 18 Aug 2010

SBY 'Tak Etis' Gunakan Upacara Kenegaraan Sebagai Acara Keluarga

JAKARTA (voa-islam.com) – Pelantunan lagu ciptaan SBY dan pembagian buku keluarga SBY pada peringatan Hari Kemerdekaan ke-65 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Selasa (17/8/2010) menuai kritik dari banyak pihak. SBY dinilai tidak etis karena dianggap memperalat momen kenegaraan di istana sebagai acara keluarga.

Peringatan HUT Kemerdekaan ke-65 RI kali ini semua serba ‘SBY’. Mulai dari cinderamata paket buku tentang keluarga Cikeas, hingga lagu ciptaan Presiden SBY pun dilantunkan dalam upacara formil kenegaraan sejajar dengan lagu-lagu nasional.

Pengamat Komunikasi Politik UI, Effendi Gozali mengatakan, peluncuran tersebut akan dimaknai masyarakat sebagai kultus keluarga dan individu. “Pada hari ini tidak tempat waktu dan tempat. Orang akan mengaitkannya dengan kultus individu,” katanya di Jakarta, Selasa (17/8/2010) malam.

Effendi juga mengkritik pidato SBY di DPR yang tidak menyinggung persoalan serius di masyarakat. Seharusnya SBY menyinggung masalah korban gas elpiji, kasus penangkapan staf DKP, dan kasus tama, dibanding melakukan pencitraan melalui lagu dan buku.

“Kita masih punya masalah korban gas, tiga patroli DKP yang ditangkap, kasus Tama, tidak disinggung tapi diganti lagu dan buku-buku, ini persoalan,” ujarnya.

…Pidato SBY di DPR yang tidak menyinggung persoalan serius di masyarakat. Seharusnya SBY menyinggung masalah korban gas elpiji dan kasus penangkapan staf DKP, dibanding melakukan pencitraan melalui lagu dan buku…

Pelantunan lagu ciptaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjudul “Mentari Bersinar” dalam upacara peringatan HUT RI ke-65 menuai kritik. Lagu itu tak seharusnya dilantunkan sejajar dengan lagu-lagu nasional.

“Saya belum pernah melihat ada lagu Presiden dinyanyikan di hari peringatan kemerdekaan,” kata pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia, Effendi Gazali, Rabu (18/8/2010).

Menurutnya, lagu-lagu yang boleh dilantunkan dalam peringatan Hari Kemerdekaan RI hanyalah lagu-lagu nasional yang memiliki ketetapan hukum berupa surat Keputusan Presiden. Karena itu, pelantunan lagu ciptaan SBY itu dinilai tak pantas disejajarkan dengan lagu nasional.

Ada pun jika lagu ciptaan SBY sudah memiliki Keputusan Presiden dan ditetapkan sebagai lagu nasional, maka pelantunan lagu Mentari Bersinar disejajarkan dengan lagu nasional tidaklah menjadi masalah. Namun, tetap saja hal itu dinilai sebagai suatu yang ganjil.

“Enggak tahu, mungkin sudah aneh kalau ada Keputusan Presiden yang memasukkan lagu Presiden sebagai lagu nasional,” ketusnya.

Lagu “Mentari Bersinar” ciptaan SBY dalam album pertama yang diaransir oleh komponis Erwin Gutawa dalam melodi hymne, dan dinyanyikan paduan suara Gita Bahana Nusantara diiringi orkestra.

Dalam upacara Hari Kemerdekaan kemarin, “Mentari Bersinar” dilantunkan menyusul setelah berturut-turut lagu “Hari Merdeka” ciptaan H Mutahar dan “Tanah Tumpah Darahku” karya C Simanjuntak. Lagu ciptaan SBY sejajar dengan lagu nasional “Syukur” dan beberapa lagu daerah yang dipersembahkan seperti ‘Ondel-ondel’ dari DKI Jakarta, ‘Yamko Rambe Yamko’ dari Papua.

…Pembagian dua buah buku tentang keluarga SBY kepada para tamu undangan juga dinilai tidak etis karena dianggap memanfaatkan momen kenegaraan sebagai pencitraan keluarga…

Peralat Momen Kenegaraan untuk Pencitraan keluarga

Pembagian souvenir berupa dua buah buku tentang keluarga SBY berjudul “Sekarang Kita Makin Percaya Diri” dan buku “Batikku, Pengabdian Cinta Tak Berkata” kepada para tamu undangan juga dinilai tidak etis karena dianggap memanfaatkan momen kenegaraan sebagai pencitraan keluarga. Buku pertama setebal 18 halaman tersebut berisi transkrip wawancara Agus Harimurti Yudhoyono, sedangkan buku kedua berisi tentang kecintaan Ibu Negara Ani Yudhoyono pada batik.

Masyarakat, kata Effendi, akan berpikir bahwa peluncuran buku Agus dan Ibu Negara Ani Yudhoyono sebagai persiapan pencalonan presiden pada 20014. Pencitraan tersebut seperti halnya pernah dilakukan Presiden Barack Obama. “Belum pernah lagu Presdien dilauncing pada saat acara kenegaraan. Seperti Obama yang meluncurkan buku sebelum menjadi Presiden,” pungkasnya.

Karena itu, lanjut dia, jika cinderamata atau souvenir pemberian Istana kepada tamu undangan tidak mencerminkan momen peringatan hari kemerdekaan RI, maka patut dipertanyakan.

“Tapi kalau isinya bukan itu (tentang peringatan kemerdekaan RI), ini kurang tepat waktu dan kurang tepat tempatnya,” tandasnya.

Senada itu, vokalis DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN), M Ichlas El-Qudsi meminta pihak Istana mengklarifikasi maksud pemberian buku keluarga Cikeas tersebut kepada para tamu undangan.

…Peringatan Hari Kemerdekaan adalah acara resmi kenegaraan bukan acara keluarga, menurut saya perlu diklarifikasi oleh pihak Istana, ujar Ichlas, anggota DPR RI dari Fraksi PAN…

“Peringatan Hari Kemerdekaan adalah acara resmi kenegaraan bukan acara keluarga, menurut saya perlu diklarifikasi oleh pihak Istana,” ujar Ichlas, Rabu (18/8/2010).

Anggota DPR dari daerah pemilihan Sumatera Barat ini menilai jika pihak Istana tidak melakukan klarifikasi maka bisa menimbulkan multi tafsir dan bahkan bisa dipolitisir.

“Mungkin tidak ada niat politik apa-apa dari pihak keluarga Cikeas ketika memberikan buku itu, namun publik dan politisi bisa menafsirkan lain,” ucap Ichlas. [taz/inilah, okz]


latestnews

View Full Version