JAKARTA (voa-islam.com) – Tidak seperti lazimnya kitab suci Al-Quran yang berukuran kecil, ringan dan bisa dibawa ke mana-mana. Al-Qur’an yang ada di Pondok Pesantren Al-Ashriyah Nurul Iman Parung ini jauh berbeda.
Al-Quran raksasa milik pesantren yang terletak di RT 01 RW 01, Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini memiliki ukuran raksasa, panjangnya mencapai 2 meter dan lebarnya 2,8 meter. Selain itu, terbuat dari pelepah pohon pisang bukan terbuat dari kertas. Isinya lengkap seperti ukuran Al-Qur'an lazimnya, yaitu 30 juz, 114 surat dan 6.666 ayat.
Disebut terbesar di dunia karena tidak ada lagi negara yang sanggup membuat Al-Qur’an sebesar ini, selain Filipina. Di Pakistan ada Al-Quran panjangnya 2 meter tapi dibuat dengan cetakan.
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ashriyah Nurul Iman Assyekh Habib Saggaf bin Mahdi bin Assyekh Abubakar bin Salim menjelaskan, Al-Qur’an terbesar di dunia yang berada di Ponpes Al-Ashriyah Nurul Iman ini berasal dari Moro Filipina yang menghibahkan Al-Qur’an terbesar di dunia ini untuk Ponpesnya itu.
“Dua bulan yang lalu, tiba-tiba saja kami dapat kiriman. Mungkin saya diberi amanat untuk merawat dan menjaganya dengan sebaik mungkin,” ungkap Abah, sebutan Assyekh, Jum’at (20/8/2010).
Sedangkan, Al-Qur’an di Ponpes Al-Ashriyah ini dibuatnya dengan tulisan tangan. “Mengenai profil atau berapa lama pembuatannya berapa orang yang menulis Al-Qur’an terbesar di dunia ini, kami belum bisa menjelaskan dengan secara detail,” katanya.
Sebab sampai saat ini orang yang mengirimkan Al-Qur’an ini belum mengirim profilnya. “Sudah dua bulan kami menunggu profil Al-Qur’an ini,” tuturnya.
Al-Qur’an terbesar di dunia ini masih berwujud lembaran dan tersimpan di dalam Masjid Thoha yang berada di dalam Ponpes Al-Ashriyah Nurul Iman.
…Al-Qur’an terbesar di dunia ini masih berwujud lembaran dan tersimpan di dalam Masjid Thoha yang berada di dalam Ponpes Al-Ashriyah Nurul Iman…
Agar santri dan warga yang tidak salah bisa membacanya, kata dia, sebelum Al-Qur’an terbesar di dunia ini disimpan, terlebih dahulu disensor makhrajnya satu persatu dan tajwidnya. Ternyata, Al-Qur’an ini tidak ada sedikitpun kesalahan. “Selama satu bulan sebelas hari saya menyensor Al-Qur’an itu di dalam kamarnya,” tukasnya.
Dia mengharapkan, dengan keberadaan Al-Qur’an ini, murid-muridnya yang berjumlah 18 ribu ini agar lebih memperhatikan dan hafalan Al-Qur’an terutama di bulan Ramadan.
“Mudah-mudahan Al Qur’an ini akan bermanfaat dan mampu bertahan sampai 500 tahun ke depan. Sebab tidak sembarang orang yang bisa menulis Al-Qur’an ini,” kata Abah. [taz/viva]