View Full Version
Ahad, 05 Sep 2010

PBNU Ajak Umat Islam Berlebaran Secara Sederhana

Jakarta (voa-islam.com) - Maraknya budaya konsumtif terutama dalam menyambut momentum setiap lebaran membuat para ulama prihatin. Tidak seharusnya pola hidup semacam itu dilestarikan usai menjalani ibadah puasa. Salah satunya datang dari Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj yang prihatin dan mengajak agar umat Islam tidak berlebih-lebihan dalam berlebaran.
        
"Lebih baik dirayakan secara sederhana agar bisa menolong saudara yang lain yang kurang beruntung yang kebetulan jumlahnya sangat banyak," ujar Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj di Jakarta, Sabtu (4/9/2010) malam.

..."Lebih baik dirayakan secara sederhana agar bisa menolong saudara yang lain yang kurang beruntung"...

Menurut KH Said Aqil Siradj, umat muslim di Indonesia masih membutuhkan bimbingan dalam merayakan Idul Fitri, agar tidak terjerumus dalam pola hidup isyrof (berfoya-foya)."Agama senantiasa menganjurkan agar kaum muslimin selalu bersikap zuhud," tandasnya.

Alumnus Pesantren Lirboyo itu juga menganjurkan kepada umat muslim agar meningkatkan tali silaturrahim dengan mengunjungi sanak saudara, sahabat, dan kaluarga. "Langkah ini penting untuk mengatasi semangat individualisme yang telah mengarah pada disintegrasi sosial," pungkasnya.

Bisa Saja Berlebaran Tanggal 9 September

Sementara itu, ditanya tentang penentuan 1 Syawal, Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj menyatakan, kemungkinan Lebaran tahun ini berbeda sangat besar.

Hal itu berdasarkan pada hadits nabi yang memerintahkan umat muslim mulai berpuasa dan berlebaran apabila telah melihat hilal (bulan). "Dalam hadits Bukhari Muslim disebutkan puasa itu satu bulan atau 29 hari. Namun apabila hilal tidak terlihat maka digenapkan menjadi 30 hari," ujarnya di PBNU, Sabtu (4/9/2010). 

..."Soal ketetapannya akan diputuskan setelah dilakukan rukyatul hilal pada 8 Septermber,"...

Hal itu berarti kemungkinan PBNU bisa jadi merayakan Lebaran pada 9 September dengan syarat apabila hilal telah terlihat.  KH Said Aqil Siradj menegaskan, PBNU juga menggunakan metode hisab, sama seperti PP Muhammadiyah. Dengan metode itu diketahui Lebaran pasti jatuh pada 10 September.

"Tapi dalam hadits ditegaskan bukan ada atau tiadanya hilal. Melainkan hilal sudah bisa dilihat atau belum," ungkapnya.     

Seperti diketahui, PP Muhammadiyah telah terlebih dulu menetapkan 1 Syawal jatuh pada 10 September. Begitu pula dengan kalender pemerintah. "Soal ketetapannya akan diputuskan setelah dilakukan rukyatul hilal pada 8 Septermber," tandasnya. (Syila/ozo)


latestnews

View Full Version