View Full Version
Sabtu, 11 Sep 2010

Ustadz ABB: Syahadat Dibuktikan dengan Jihad Tegaknya Syariat Islam

Jakarta (voa-islam.com) - Meski dalam sel penjara, ustad Abu Bakar Ba'asyir untuk tetap memberikan ceramah dan nasihat kepada banyak orang yang hendak mendalami Islam, terkhusus para muridnya di keanggotaan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).

Dapur seluas sekitar 3x6 meter, tempat Ba'asyir menerima tamu-tamunya hari itu siang hingga menjelang sore itu menjadi saksi. Ba'asyir dengan tenang dan penuh keteduhan menyampaikan sekelumit nasihat, ajaran, dan jika bisa dikatakan ceramahnya kepada kerabat, keluarga dan anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang mengunjunginya untuk bersilaturahmi dalam rangka perayaan Idul Fitri.

Wajah ayah tiga anak itu nampak sehat dan bugar. Jubah gamis putih-putihnya menambah kesan alim yang terpancar dari dirinya. Menerima sungkeman dari puluhan orang yang datang bergantian hari itu tak menimbulkan rasa lelah di wajah kakek 72 tahun itu. Keluarga besarnya tiba sekitar pukul 15.30. Ada 14 orang mereka masuk dalam satu rombongan, termasuk sang istri, Umi Aisyah, serta putra bungsunya
Abdurrochim yang datang bersama istrinya dari Solo.

Tujuh orang cucunya yang menjenguknya menambah semarak lebaran hari pertama Ba'asyir sore itu. Ditambah lagi keluarga juga membawakan beberapa bungkusan plastik berisi ketupat sayur dan opor untuknya. Memang, ada juga pakaian salin bagi Ba'asyir yang dibawakan oleh keluarga. Tapi itu bukanlah untuk keperluan berlebaran hari itu.


Ba'asyir tampak sumringah. Senyum dan tawa, lebih tepat terkekeh tak pernah lepas dari bibirnya. Digendongnya seorang cucunya untuk kemudian digodanya.

..."Ini semua pesanan barat. Mereka gerah dengan ajaran-ajaran yang saya lantangkan selama ini. Ajaran-ajaran Islam yang lurus...

"Adu, aduh, jantung kakek berdebar-debar nih," tuturnya lalu tertawa kecil. Cucu-cucunya yang lain juga tak lepas dari godaannya.

Ba'asyir banyak bercerita hari itu. Tentang kesehatannya, kondisi jantungnya hingga pemeriksaan jantungnya yang baru dilakoninya beberapa hari terakhir ini. Dirinya pun bercerita tentang aktivitas yang dijalaninya berhari-hari di penjara.


Dirinya mengaku lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca buku, Al-Quran dan doa-doa setiap harinya. Bahkan di setiap malam hingga saatnya subuh tiba, pengasuh pondok pesantren Al Mukmin Ngruki Solo itu selalu memanjatkan doanya, mengucap syukur dan memohon ampun kepada sang khalik. Diingatkannya, jika membaca doa di waktu sahur maka doa itu lebih cepat didengar, diterima dan dikabulkan oleh Tuhan.

"Dulu olah raganya cuma jalan-jalan saja di dalam (sel). Tapi sekarang kan saya sudah tidak diisolasi lagi, jadi bisa jalan-jalan keluar sel," katanya.


Di dapur yang terbagi menjadu dua ruangan, yaitu ruangan bagian depan untuk tempat makan dan bagian belakang untuk tempat memasak dan menyiapkan makanan itu, Ba'asyir menerima setiap kunjungan tamu-tamunya setelah tak lagi diisolasi. Ruangan bagian depan tepatnya.

Ruangan itu sekilas lebih mirip kantin. Tapi bisa juga dikatakan mirip tempat les atau bahkan sekolah. Hanya ada satu meja panjang dan puluhan kursi untuk masing-masing orang tersedia disana. Ba'asyir duduk di sebuah kursi di depan meja panjang.


Sang istri dan putra bungsunya duduk di dekatnya. Sesekali Abdurrochim berbicara serius dengan nada pelan kepada sang ayah. Keduanya, dan para pembesuk lainnya seperti kerabat dan anggota JAT tampak serius mendengarkan ustad kharismatik tersebut.

Di bagian belakang ruangan, istri Abdurrochim bersama para kerabat Ba'asyir lain, menyiapkan hidangan santap lebaran mereka. Memotong-motong ketupat dan menyiapkan opor ayam. Terbatasnya ruangan, sekalipun itu merupakan salah satu ruangan terluas di lingkungan ruang tahanan bareskrim Polri, membuat para kerabat dan anggota JAT atau mereka di luar lingkaran keluarga, harus bergantian bertemu Ba'asyir.


Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok biasanya 10 orang atau terkadang lebih. Tiap satu kelompok memiliki waktu 10 menit bertemu Ba'asyir.


Hanya tiga jam waktu yang diberikan Polri bagi Ba'asyir menerima tamu-tamunya. Dan hanya keluarga yang bertahan, tanpa diganti dengan kloter pembesuk lain, hingga waktu kunjung dari Polri berakhir. namun, waktu bertatap muka yang terhitung singkat itu tetap mampu dimanfaatkan Ba'asyir untuk memuaskan para pembesuknya, terutama anggota JAT, anak didiknya.


Telaten dan tenang, Ba'asyir menjawab setiap pertanyaan yang diajukan mereka terkait apa sebenarnya yang terjadi di balik peristiwa yang menimpa mantan Ketua MMI itu.

"Ini semua pesanan barat. Mereka gerah dengan ajaran-ajaran yang saya lantangkan selama ini. Ajaran-ajaran Islam yang lurus. Mereka telah lama mengincar saya, gerah terhadap saya. Mau saya ditahan dan kalau bisa dibunuh," sebaris jawaban Ba'asyir kepada para anggota JAT.


Tak lupa pria yang selalu berkopiah itu mengingatkan akan pentingnya terus jihad dalam penegakan Negara syariat islam kepada para pengikut, kerabat dan keluarganya. "Itu tuntutan syahadat kita yang perlu ditegakkan," ucapnya tenang tak tampak berapi-api. (lieM/trb)


latestnews

View Full Version