JAKARTA (voa-islam.com) – Idul Adha tahun ini berpotensi beda hari antara Muhammadiyah dan NU. Muhammadiyah dengan metode hisabnya telah menetapkan Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah jatuh pada 16 November, sama dengan ketetapan pemerintah Saudi Arabia. Sedangkan NU menyatakan kemungkinan besar merayakan Idul Adha berbeda hari dengan Muhammadiyah.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah bertepatan pada hari Selasa 16 November 2010 atau bersamaan dengan pemerintah Arab Saudi. Karena pada hari Arafah 9 Dzulhijjah atau puncak jutaan jamaah haji berkumpul di padang Arafah terjadi pada tanggal 15 November sehingga shalat Idul Adha sehari sesudahnya yaitu 16 November 2010.
Warga persyarikatan Muhammadiyah akan merayakan Idul Adha hari Selasa 16 November 2010, sesuai dengan Maklumat PP Muhammadiyah yang sudah disebarkan ke semua pimpinan wilayah serta pimpinan daerah dan diteruskan ke seluruh pimpinan cabang maupun ranting Muhammadiyah se-Indonesia.
Dalam Maklumat PP Muhammadiyah nomor: 05/MLM/I.0/E/2010, yang menetapkan tanggal 10 Dzulhijjah atau hari Idul Adha 1431 H bertetapan pada hari Selasa 16 November 2010.
....1 Dzulhijjah 1431H akan jatuh pada hari Ahad, 7 November 2010, yang berarti Idul Adha atau 10 Dzulhijjah 1431H akan jatuh pada hari Selasa 16 November 2010....
Dalam surat yang ditandatangani oleh ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan sekretaris umum Agung Danarto tersebut, diumumkan bahwa 1 Dzulhijjah 1431H akan jatuh pada hari Ahad, 7 November 2010, yang berarti Idul Adha atau 10 Dzulhijjah 1431H akan jatuh pada hari Selasa 16 November 2010. Sehingga Hari Arafah (9 Dzulhijjah 1431H) jatuh sehari sebelumnya, yaitu hari Senin, 15 November 2010.
Keputusan itu ditetapkan PP Muhammadiyah berdasarkan hisab, bahwa pada saat ijtimak menjelang Dzulqa’idah terjadi pada Sabtu, 6 November 2010 pukul 11.53.04 WIB. Tinggi hilal pada saat matahari terbenam di Yogyakarta adalah +01o 34’ 23” (hilal sudah wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam, hilal sudah di atas ufuk. Selain itu, hilal sudah wujud di Tanjung Kodok, tinggi hilal +01o 27’ 26”.
....Tinggi hilal pada saat matahari terbenam di Yogyakarta adalah +01o 34’ 23” (hilal sudah wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam, hilal sudah di atas ufuk....
NU: Idul Adha Berpotensi Beda
Menanggapi penetapan Idul Adha oleh PP Muhammadiyah tersebut, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menyatakan penetapan Hari Raya Idul Adha 1431 Hijriah berpotensi akan berbeda.
“Itu dapat terjadi karena ketinggian hilal hanya 01.05 derajat atau kurang dari 2 derajat,” kata Ketua Lajnah Falaqiah PWNU Jatim KH Abdus Salam Nawawi di Surabaya, Minggu.
Menurut dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya itu, ketinggian hilal di bawah 2 derajat itu memungkinkan hilal (rembulan usia muda sebagai pertanda dari pergantian kalender) tidak terlihat dan terlihat.
“Kalau tidak terlihat akan diistikmalkan atau usia bulan Dzulqa’dah disempurnakan menjadi 30 hari, sehingga kemungkinan Idul Adha akan sama, tapi bila tidak terlihat akan terjadi perbedaan itu,” katanya.
....ketinggian hilal di bawah 2 derajat itu memungkinkan hilal tidak terlihat. Bila tidak terlihat akan terjadi perbedaan itu....
Potensi perbedaan penetapan tanggal 10 Dzulhijjah itu juga diakui oleh pemerintah. Menurut Dirjen Bimas Islam Kemenag, Nasaruddin Umar, perayaan Idul Adha kali ini berpotensi berbeda karena hilal 10 Dzulhijjah berada di bawah ufuk. Sehingga fakta ini dipandang oleh para ilmuwan mustahil hilal bisa terlihat. “Hampir keseluruhan minus 1 derajat dan hanya minoritas 1,33 derajat itu pun di luar sulit terlihat,” kata Nasaruddin di Jakarta, Selasa (26/10)
Untuk menyikapi perbedaan penetapan Idul Adha 1431 itu, kata Nasaruddin, pemerintah akan menyelenggarakan hisab rukyat yang rencananya akan digelar pada tanggal 6 November mendatang. Meskipun disadari langkah penyatuan tersebut sulit kecuali ada toleransi Muhammadiyah untuk bersatu merayakan Idul Adha.
Namun demikian, kata Nasaruddin, pemerintah mengaku tak bisa memaksakan kehendak dan menyerahkan keputusan kepada ormas yang bersangkutan. Akan tetapi, besar harapan pemerintah perayaan idul Adha bisa dilaksanakan secara serentak menunggu hasil sidang Badan Hisab Rukyat, Kemenag. “Upaya penyatuan Idul Adha seharusnya tak terganjal karena Idul Adha hukumnya sunnah,” kata dia. [taz/dbs]