Padang (voa-islam.com) - Sebanyak 100 lebih pengikut tarekat Naqsabandiyah Kota Padang, Sumatra Barat, Senin (15/11), memadati Surau Baru untuk melaksanakan salat id.
Kumandang takbir yang dilantunkan sejak pukul 07.00 WIB menandakan mereka hari ini merayakan Iduladha. Perayaan ini lebih cepat dibandingkan dengan keputusan Kementerian Agama yang menetapkan Iduladha jatuh pada Rabu nanti atau lusa.
Usai bertakbir, mereka kemudian melaksanakan salat id dua rakaat. Menurut imam Surau Baru, Zahar, jemaah tarekat Naqsabandiyah menetapkan jatuhnya 10 Zulhijah berdasarkan perhitungan hisab munjid yang telah dilakukan secara turun-temurun.
Tidak hanya di Surau Baru, ribuan pengikut tarekat Naqsabandiyah yang tersebar hingga ke Jambi dan Bengkulu juga serentak merayakan Iduladha pada hari ini. Usai melaksanakan salat id, mereka langsung menyembelih sejumlah hewan kurban
Menag: Jadilah Umat Yang Universal
Semantara itu dari Arafah, Menteri Agama Suryadharma Ali mengajak seluruh umat muslim dapat menjadi umat yang universal setelah wukuf, yaitu memperhatikan nasib dan kesejahteraan saudara-saudaranya agar terhindar dari keterpurukan.
..."Universalitas keutamaan hari arafah dapat dimaknai bahwa keutamaan ini berlaku bagi seluruh umat Muslim yang menunaikan ibadah haji maupun yang tidak melaksanakan,...
"Universalitas keutamaan hari arafah dapat dimaknai bahwa keutamaan ini berlaku bagi seluruh umat Muslim yang menunaikan ibadah haji maupun yang tidak melaksanakan," kata Menag selaku Amirul Haj dalam sambutannya, di Arafah, Senin.
Pada pidato yang disampaikan di tenda misi haji Indonesia itu, nampak hadir Dubes RI Gatot Abdullah Mansyur, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, Irjen Suparta, Dirjen PHU Slamet Rianto, Konjen RI Zakaria Anzar dan Kepala Staf Tekhnis Urusan Haji (TUH) Syairazi Dhimyati.
Menag mengatakan, puncak ibadah haji adalah wukuf di Arafah, berdiam diri antara tergelincirnya matahari pada 9 Zulhijah sampai matahari terbenam dengan berpakaian ihram. Wukuf punya makna sebagai replika kehidupan baru di Padang Mahsyar saat manusia dibangkitkan kembali dari kematian oleh Allah.
Saat itu, katanya, semua manusia sama di hadapan Allah, yang membedakan kualitas imannya. "Wukuf juga melambangkan kehidupan baru setelah hari pengadilan. Karena itu, wukuf hendaklah menjadi umat yang universal," katanya.
Pada bagian lain menag juga menjelaskan sejarah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW menjelang wafat yang menyampaikan pidato di Padang Arafah.
Pidato itu kemudian dikenal sebagai "Khutbatul Wada", pidato perpisahaan. Pesan pidato Rasulullah mengandung pesan universal yang menafikan perbedaan di antara sesama manusia, yang merupakan ajaran Islam, penuh dengan pesan kemanusiaan, sarat dengan akhlak dan persaudaraan bagi seluruh umat manusia.
Dalam kaitan ini, ia minta jemaah haji Indonesia diharapkan dapat mengaplikasikan makna hari Arafah dalam konteks kondisi bangsa yang tengah ditimpa berbagai bencana alam, banjir di Wasior, tsunami di Mentawai dan meletusnya Merapi.
Karena itu, ia sebagai amirul haj mengimbau kepada jemaah haji Indonesia untuk melaksanakan shalat ghaib di tenda masing-masing untuk para arwah korban musibah tersebut.
"Semoga Allah menurunkan rahmatNya untuk tidak membebani bangsa kita dengan cobaan di atas kemampuan yang diberikan kepada kita," kata Suryadharma Ali. (Ibnudzar/yho)