JAKARTA (voa-islam.com) – Sepanjang tahun 2010 Indonesia didera dengan banyaknya bencana, sepadan dengan semakin jauhnya mengabaikan syariat Islam. Konflik antaragama dan tirani minoritas merajalela, dan isu terorisme terus menyala sarat dengan kejanggalan yang dilakukan oleh Densus 88.
Demikian ungkapan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto dalam Refleksi Akhir Tahun 2010.
Ismail menegaskan, isu terorisme di tahun 2010 tampaknya tidak juga kunjung padam. Sejumlah peristiwa yang dikatakan sebagai tindak terorisme seperti perampokan Bank CIMB-Niaga di Medan terjadi. Tapi dari investigasi yang dilakukan, terkuak sejumlah kejanggalan sekaligus kezaliman yang dilakukan oleh Densus 88.
Hal ini dipertegas oleh kesimpulan yang dilakukan oleh Komnas HAM terhadap operasi penanganan dan penanggulangan teroris yang dilakukan oleh Densus 88. Sekalipun menuai kritik dari berbagai pihak, Densus 88 tetap beroperasi, nyaris tanpa kendali dan kontrol. Bukan tidak mungkin, di tahun mendatang korban akan kembali berjatuhan.
Ismail Yusanto juga mencatat, sejumlah konflik umat terjadi di tahun 2010. Bila ditilik secara seksama, sesungguhnya konflik itu timbul bukan karena umat Islam, seperti yang banyak dituduhkan. Umat Islam berhadapan dengan Ahmadiyah, karena aliran sesat ini keras kepala. Mereka tak mengindahkan aturan SKB Tiga Menteri.
Begitu pula konflik dengan kelompok Kristen radikal. Itu akibat mereka tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan menyangkut pendirian tempat ibadah. Persoalan makin rumit, ketika media massa dan jaringan LSM internasional mendukung kehadiran Ahmadiyah. Terjadi apa yang disebut ‘tirani minoritas’ terhadap umat Islam yang mayoritas.
....sejumlah konflik umat terjadi di tahun 2010, Bila ditilik secara seksama, itu timbul bukan karena umat Islam. Konflik dengan kelompok Kristen radikal. Itu akibat mereka tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan menyangkut pendirian tempat ibadah ....
Sepanjang tahun 2010, negeri ini juga diwarnai oleh banyak sekali bencana, mulai dari tsunami di Mentawai, banjir bandeng di Wasior, dan letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Bila diyakini, bahwa segala bencana itu adalah karena qudrah (kekuatan) dan ibadah (kehendak) Allah Swt. Tapi mengapa pada saat yang sama, kita tidak juga mau tunduk dan taat kepada Allah dalam kehidupan ini.
Lebih dari itu, hingga kini, kita masih melakukan larangan Allah, baik melakukan riba, mengumbar pornografi, kezaliman, ketidakadilan, korupsi dan sebagainya. Bahkan kita masih tidak melaksanakan kewajiban Allah (penerapan syariah, zakat, shalat, haji dan sebagainya). Semoga Allah tidak memberi bencana yang lebih besar lagi untuk menyadarkan kita untuk tunduk dan taat kepada-Nya. [Desastian]