Jakarta (voa-islam.com) Beginilah bedanya teknokrat panggung dunia jika diajak rapat embahas masalah nasional dengan anggota DPR. Mantan Presiden BJ Habibie diundang rapat dengan Komisi I DPR untuk membahas alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Semangat membangun kemandirian bangsa membuatnya naik pitam manakala industri pertahanan lokal tidak diutamakan, dan malah dipaksa import dari luar negeri.
Bayarlah jam kerja rakyat agar semua bisa mandiri!" ujar Habibie berapi-api di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (31/1/2011).
Habibie menandaskan, "generasi mendatang akan kasihan. Indonesia tidak bisa selamanya bergantung pada impor alat pertahanan".
"Saya menyebutnya ini skenario VOC. Coba bandingkan dengan Amerika. Pembiayaan industri untuk kemandirian. Berbeda dengan kita, pengembangan teknologi tidak maju, karena yang dicari hanya keuntungan dolar Amerika saja. Saya orang tua tapi tidak buta," ucapnya dengan nada tegas.
Habibie merasa geram lantaran wakil rakyat lebih senang import daripada membangun berdikari.
"Kita tidak bisa begini, karena awalnya ini (industri pertahanan lokal) adalah perjuangan. Jangan kualat," ucap pria 75 tahun ini.
Habibie menilai, Terhitung sejak tahun 2002 hingga sekarang, industri pertahanan Indonesia hanya memfokuskan keuntungan per generasi, dan yang dikejar bukan kemandirian tapi hanya keuntungan sesaat. (desvant/dbs)