Jakarta (voa-islam.com) - Innalillahi Wa Inna Ilayhi Roji'un, kabar duka bagi bangsa yang mayoritas penduduknya adalah Muslim dan terbesar di dunia karena setiap 2 Hari, 1 Warga di ibukota Jakarta Tewas Bunuh Diri.
Jika dibandingkan pada periode sebelumnya, yaitu ditahun 2009, angka bunuh diri di Jakarta menunjukan kecenderungan yang meningkat di tahun 2010 lalu. Polda Metro Jaya mencatat, tahun 2009 kejadian bunuh diri mencapai 165 kasus. Jika dibandingkan pada tahun 2010, angka bunuh diri meningkat jadi 176 kasus.
Jika diasumsikan secara rata-rata, data tersebut mendeskripsikan angka bunuh diri yang hampir mendekati 2 hari sekali, jelas Divisi Humas Polda Metro Jaya, melalui Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharrudin saat dikonfirmasi.
Menurut data tersebut, insiden yang paling menyita perhatian adalah loncat dari gedung bertingkat, baik di apartemen, maupun mall-mall mewah di Jakarta, seperti Grand Indonesia dan Senayan City sebagai contoh. Pada periode 2010, tercatat 7 orang mengakhiri hidup dengan cara konyol itu. Selain itu, cara membuang bayi juga terbilang masih tinggi yakni 58 kasus.
Guru Besar Psikologi Sosial, Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono mengatakan, tren bunuh diri dengan cara terjun dari ketinggian, sebenarnya hanya sekedar modus baru. Nah, ketika cara itu mulai disebar-luaskan dari cerita ke cerita, akhirnya menjadi inspirasi pagi dan menduplikasi mereka yang nekat melakukan bunuh diri.
Namun, meningkatnya tren bunuh diri di Jakarta, menurutnya sudah menunjukkan adanya peningkatan stres yang tinggi.
"Tingkat stres di kota metropolitan lebih besar. Coba di kampung sana, nggak stres seperti di sini (Jakarta)," ujarnya.
Persoalan ekonomi bagi masyarakat kota metropolitan, kata Sarlito, merupakan salah satu faktor pemicu stres yang tinggi. "Di sini (Jakarta) ada orang yang di-PHK, utang banyak, bayar kontrakan nggak bisa, akibatnya tingkat stres naik," imbuhnya. [voa-islam.com/d5vn2]