Magelang (voa-islam.com) - Kesempatan dalam kesempitan, itulah kesan yang tersirat dalam upaya kubu SBY yang menyebarkan pencitraan kepada anak-anak SMP yang 2014 nanti memiliki hak Coblos Pemilu.
Itulah sekelumit rekam jejak dan komentar di berbagai media massa tentang ulah kubu SBY ini. Setelah beredar di Tegal, Purbalingga, Tangerang dan kini di Magelang, massa dari Cinta Indonesia Cegah Korupsi (Cicak) membakar buku-buku tentang Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang muncul di beberapa sekolah di Magelang. Aksi massa ini sebagai bentuk kekecewaan dengan SBY yang sibuk memoles citra, tebar pesona dan poles kanan kiri.
Aksi yang dilakukan di depan kantor Kejaksaan Negeri Magelang, menyatakan peredaran buku seri 'Lebih Dekat dengan SBY' adalah illegal, merugikan keuangan negara juga merupakan buku yang berisi upaya propaganda politik dan mempolitisasi pendidikan dan SBY-isme untuk tebar pesona yang diciptakan SBY sangat manjur dalam meraih kekuasannya, demikian ulas Koordinator Ormas Cicak Magelang, Bintoro Dwi Prasetyo.
Buku mengenai tokoh dengan sejarah yang belum selesai itulah yang diberikan kepada murid SMP di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Tak tanggung-tanggung, bukan satu atau dua judul, melainkan 10 judul buku, berisi profil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang dibeli memakai dana alokasi khusus dari pemerintah pusat.
10 Buku itu antara lain berjudul :
Alasan Penyebaran Buku SBY Dikecam
Ada grand design atau tidak, sedang terjadi upaya mengultuskan SBY. Contohnya, ada pertanyaan mengenai lagu karya SBY yang disusupkan sebagai soal ujian masuk pegawai negeri.
Ada tiga alasan mengapa masuknya buku-buku itu ke sekolah dikecam. Pertama, isinya tidak sesuai dengan kurikulum yang diujikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus menyebutkan peredaran buku yang dibiayai dana alokasi khusus harus sesuai dengan kurikulum yang diujikan secara nasional.
Alasan Pertama, buku profil SBY itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan kurikulum yang diujikan secara nasional. Karena itu, membiayai buku-buku itu dengan uang negara melanggar peraturan. Itulah sebabnya Dewan Pendidikan Kabupaten Tegal mendesak buku-buku itu segera ditarik.
Alasan kedua motif politik di belakang buku-buku itu. Buku-buku itu dibagikan kepada murid SMP, yang pada Pemilu 2014 adalah pemilih pertama. Melalui buku-buku itu, partai yang berkuasa telah mencuri start kampanye.
Alasan ketiga, buku-buku itu dinilai meracuni anak-anak karena, sedikit atau banyak, isinya mengandung kultus individu. Hal itu tidak sehat bagi dunia pendidikan.
Terlebih, akhir kekuasaan presiden di Republik ini lebih banyak tragic ending daripada happy ending. Sekarang dipuji dan dipuja, esok dicaci dan dimaki. Bahkan, dihujat.
Lagi pula, dunia pendidikan mestinya disterilkan dari upaya jilat-menjilat kepada presiden yang sedang berkuasa. Kita heran, Menteri Pendidikan kok berlakon seperti kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. Aji mumpung nih yeee. [d5vn2/voaislam.com]
Foto : antaranews