JAKARTA (voa-islam.com) – Rencana pemerintah membatasi subsidi BBM menuai penolakan banyak pihak. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengecam rencana itu sebagai upaya neoliberalis untuk menjajah bangsa Indonesia.
Sekitar 500 massa HTI melakukan aksi longmarch penolakan pembatasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dari Masjid Istiqlal menuju Istana Presiden, Kamis (18/3) siang di Jakarta. Mereka menyebut pelarangan bagi mobil berplat hitam untuk membeli premium bersubsidi itu merupakan pesanan penjajah.
Tepat di depan Istana, ratusan massa mengacung-acungkan poster yang berbunyi: "Pembatasan BBM Bersubsidi=Pesanan Penjajah."
Menurut HTI, pembatasan subsidi pada hakikatnya adalah bahasa halus dari pencabutan subsidi BBM, untuk meliberalkan perekonomian Indonesia. “Itu merupakan realisasi dari agenda penjajah yang tertuang dalam Konsensus Washington!” tegas Ketua DPP HTI Dr Arim Nasim, dalam orasinya.
Salah satu poin konsensus para neoliberalis untuk menjajah adalah dengan mencabut berbagai macam subsidi.
Saat ini sektor sumur minyak, sudah dikuasai perusahaan asing. Sehingga Pertamina hanya memproduksi 13,8%. “Sementara sisa minyak Indonesia dikelola asing! Mereka pun mematok pada harga internasional, padahal itu minyak kita sendiri,” sesal Arim.
Belum puas dengan menguasai sektor hulu, mereka pun ingin menguasai sektor hilir. Sehingga mendirikan pom bensin di mana-mana. Namun dagangan mereka tidak laku karena masyarakat lebih suka membeli premium bersubsidi yang dijual pom bensin Pertamina. “Maka dibuatlah regulasi yang merugikan rakyat itu,” ujarnya. Dengan itu mereka berharap akan kebanjiran pelanggan dari mobil berplat hitam. [abu fadhilah, abu aisyah]