View Full Version
Jum'at, 15 Apr 2011

KPI Tak Akan Biarkan Tayangan Banci & Hipnotis Selama Ramadhan

Jakarta (voa-islam) –  Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) akan berupaya meminimalkan pelanggaran dari tayangan-tayangan yang bisa mengusik kekhusyukan umat Islam selama bulan suci Ramadhan nanti. Ketika umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa inilah, seharusnya diciptakan suasana spiritual umat Islam untuk tekun beribadah.

Hal itu terungkap dalam Pertemuan KPI dengan MUI dan insan mediadi Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Jakarta, belum lama ini. Untuk  “Mewujudkan Siaran Ramadhan yang Bermartabat”, diharapkan ada evaluasi ke dalam, terutama para produser ketika membuat program siaran Ramadhan, terutama guyon berlebihan jelang sahur, kuis tak berkualitas, host yang bergaya kebanci-bancian dan sebagainya.

Menurut Ketua KPI Pusat Dadang Rahmat Hisayat, ada rambu-rambu yang harus dipatuhi stasiun televisi untuk menghormati umat Islam yang sedang menjalankan ibadah selama Ramadhan.

“Semestinya, nilai-nilai Islam dan kesalehan itu tidak hanya dibulan Ramadhan saja. Tapi juga pasca Ramadhan. Pertemuan dengan sejumlah ormas Islam yang difasilitasi ooleh MUI bekerjasama dengan KPI, diharapkan ada masukan-masukan yang bermanfaat untuk memperbaiki kualitas siara Ramadhan yang lebih bermartabat,” kata Dadang

Jika ada stasiun televisi yang bermasalah dengan program tayanganya, KPI tidak akan segan-segan untuk memberikan sanksi administratif yang sifatnya teguran secara tertulis. Tahun lalu, ada empat stasiun televisi yang ditegur KPI di bulan Ramadhan. “Soal power, KPI memang tidak punya wewenang mensensor. Itu wilayahnya Lembaga Sensor Film (LSF),” ujar Dadang.

KPI sendiri belum tahu, tayangan apa yang cocok untuk sebuah tayangan Ramadhan. Itulah sebabnya, diperlukan sharing antara MUI, KPI, dan sejumlah stasiun televisi. “KPI sebetulnya tak ingin menjatuhkan sanksi. Kalaupun ada sanksi, tujuannya untuk memperbaiki kualitas siartan menjadi lebih baik lagi. Kami biasanya menyebut ‘surat cinta’ atau teguran,” kata Ketua KPI Pusat Dadang Rahmat Hidayat

KPI mengakui, jika selama ini telalu banyak menegur. Tapi sesungguhnya KPI juga banyak mendapat kritikan, seperti pertanyaan kenapa KPI tidak melakukan yang diharapkan masyarakat. “Pernah, kami menerima surat ‘testimoni’ dari karyawan KPI untuk melakukan analisis. Karena tujuan semula didasari oleh idealismeuntuk membantu siaran pertelevisian menjadi lebih baik, namun belum juga ada perubahan, akhirnya karyawan KPI itu mengundurkan diri

Sementara itu, dikatakan Chaerul Umam, sutradara Indonesia yang juga Ketua Komisi Seni & Budaya Kominfo, Islam harus bisa menjawab semua masalah kehidupan, seperti menyelesaikan problematika rumah tangga, perceraian, perselingkuhan dan sebagainya. Karena itu Islam harus menjadi solusi. Walaupun dibumbui dengan lelucon, tapi harus tetap Islami.

“Usahakan, jangan ada tayangan yang dinilai tidak syar’I, seperti bersentuhan, meski ini masih menjadi perdebatan di kalangan prodsuser. “Saya sendiri pernah membuat film yang tidak ada adegan bersentuhan, toh tetap bisa rating satu. Memang, harus diakui, tidak semua rumah produksi itu muslim, tapi setidaknya menghargai umat Islam sebagai pemeluk agama mayoritas,” kata Umam.

Beberapa ormas Islam lain punya pendapat yang sama. Selama bulan Ramadhan, masih saja ada stasiun televisi yang membiarkan gaya waria sebagai tontonan, termasuk tayangan hipnotis, foto model yang memperlihatkan aurat terbuka, serta lawakan yang terlalu berlebihan. ● Desastian

 


latestnews

View Full Version