View Full Version
Kamis, 28 Apr 2011

Koran Selebaran 'LAWAN!' Ancam Akan Jatuhkan Presiden RI

JAKARTA (voa-islam.com) – Drama kemelaratan yang terjadi di Indonesia dianggap sebagai sebuah mimpi buruk yang diakibatkan oleh tidak pekanya pemimpin bangsa terhadap nasib rakyatnya. Kesenjangan sosial yang terjadi semakin memperjelas bahwa pemerintah hanya berpihak kepada sebagian kelompok yang juga dibumbui dengan aroma kepentingan.

Itulah sebagian cuplikan koran selebaran LAWAN! yang dibagi-bagikan di berbagai jalan di ibu kota seperti di daerah Pasar Minggu dan wilayah Ciputat, Kamis (28/4/2011). Sebelumnya, koran selebaran itu beredar di kawasan Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (26/4/2011).

Desain selebaran yang berisikan kritik pedas terhadap pemerintah itu dibuat layaknya sebuah koran yang juga menampilkan berbagai foto pejabat dan koleganya yang disandingkan dengan foto kemelaratan yang diderita oleh masyarakat Indonesia.

Di halaman depan koran selebaran tersebut juga terdapat sebuah tulisan yang berjudul "Mereka Tertawa dan Berpesta di Atas Luka dan Derita Kita" yang memuat berbagai kesengsaraan ekonomi yang dialami oleh rakyat Indonesia, padahal sumber daya alam (SDA) yang dimiliki oleh bangsa Indonesia cukup untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat. Namun, lanjut tulisan tersebut, kekayaan alam yang dimiliki Indonesia telah diserahkan kepada bangsa asing oleh para petinggi negara sehingga masyarakat selalu hidup dalam keterpurukan dan kemiskinan.

Dalam selebaran yang berjumlah empat halaman itu, juga diceritakan bagaimana perjuangan seorang veteran perang kemerdekaan yang harus berjibaku melawan peluru dan mempertaruhkan nyawa demi membebaskan tanah air. Namun ketika Indonesia sudah merdeka dari penjajahan kolonial, para pejabat negara dan koleganya malah bersenang-senang dan terkesan melupakan jerih payah perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang bangsa.

Tidak hanya itu, dalam selebaran itu juga diceritakan bagaimana nasib para pejuang kemerdekaan yang tidak diperhatikan oleh negara sehingga mereka terpaksa harus hidup dalam terpaan kemiskinan dan kesengsaraan.

Salah satu tulisan dari selebaran LAWAN! itu berjudul 'Tuan Presiden," inilah kutipannya:

"Tuan Presiden, kami tidak meminta balas jasa, tak minta puja puji, tak minta penghargaan, tak minta gedung mewah seperti anggota DPR itu, kami tak meminta mobil mewah seperti yang diminta para menteri, kami tak meminta fasilitas atau kemudahan apapun seperti yang dituntut para cukong, kami juga tak minta hiburan dan jalan-jalan ditempat perbelanjaan dengan artis cantik seperti yang dinikmati anak mu, atau makan mewah di Istana dikelilingi istri para menteri yang tentunya berlumur minyak wangi dengan gemerincing dan kilau gelang serta kalung emas. Kami juga tak minta pesta megah seperti yang kau hadiri di pesta ibu Ayin si ratu suap yang melindungi koruptor BLBI"

Kami tak minta itu semua, kami hanya ingin kau membiarkan kami menghabiskan sisa umur tidak dalam kelaparan, kami hanya ingin agar tubuh renta ini bisa berbaring di sehelai kasur tipis di rumah kecil kami yang kini telah digusur untuk keindahan kota dari republik yang kami merdekakan ini"

koran selebaran LAWAN! juga menampilkan foto seorang veteran perang yang sudah tua renta sedang duduk sambil menyantap sebungkus nasi di trotoar jalan, dengan mengungkapkan bagaimana permintaan agar hidup layak dari para veteran perang kemerdekaan dan rakyat Indonesia lainnya. Permintaan ini disebut sangat wajar apabila dibandingkan dengan fasilitas mewah yang dimiliki para menteri dan pejabat negara lainnya.

Sebuah peringatan bernada ancaman juga disampaikan dalam koran selebaran itu. Apabila tidak ada langkah konkret yang dilakukan oleh presiden yang menjabat saat ini untuk menghentikan kemiskinan dan kesengsaraan yang dialami oleh rakyat Indonesia, maka sangat dimungkinkan akan lahir kembali anak-anak muda yang tangguh dan pemberani untuk menghancurkan rezim yang tidak berpihak kepada rakyat, sebagaimana keberanian para veteran ketika melawan penjajah untuk hengkang dan angkat kaki dari tanah air meskipun harus meninggalkan anak, istri dan keluarga tercintanya.

"Dengar tuan Presiden.... sayup-sayup telinga renta kami mendengar teriakan para pemuda pemberani itu menjerit lantang. Hai Tuan! kami akan MELAWANMU dengan segala cara yang kau gunakan MENINDAS kami! Kami  akan MENJATUHKANmu seperti kau merobohkan tembok rumah kami! Tuan Presiden, gelombang itu akan datang dan bahkan Ben Ali, Mubarak juga Khadafy tersungkur oleh perlawanan kaum muda...... Hati-hati Tuan Presiden, para pemuda pemberani ini telah menggelar pertemuan-pertemuan, saling mendatangi, menyiapkan panji- panji kampusnya, bendera organisasinya  dan segera melangkah bergandengan... Pelan tapi pasti gelombang itu datang dan pada saatnya tubuh muda itu akan menjadi badai yang menjungkirbalikkan kebohongan dan kesombonganmu."

Tonjolkan Kontradiksi Kemiskinan Rakyat Dengan Kemewahan Anak Pejabat

Gambaran kemiskinan semakin miris ketika Koran selebaran LAWAN! yang dicetak dengan format full colour itu menampilkan foto-foto kehidupan para elite politik yang bertolak belakang dengan nasib rakyat. Salah satunya terdapat foto Eddhy Baskoro Yudhoyono (Ibas), sedang asyik bersama Bunga Citra Lestari (BCL) berada di sebuah cafe di salah satu club malam di Australia.

Selain Ibas Selebaran tersebut memuat foto Siti Ruby Aliya Rajasa putri dari Hatta Rajasa –yang beberapa malam lalu resmi bertunangan dengan Ibas– sedang berada di hotel mewah di Orchad Road Singapura seperti dituliskan dalam tagline selebaran.

"Sekarang, mari kita lihat Indonesia setelah 66 tahun kemerdekaan. Para pejabat serta anak dan istrinya hidup dalam kemewahan luar biasa. Anaknya bersekolah di luar negeri, berpesta tiap hari di tempat-tempat mewah, berjudi, menggunakan baju mahal, istri pejabat itu mengkoleksi sepatu dan baju mahal, emas dan permata serta tak lupa tabungan bernilai milyaran Rupiah. Di sisi lain, mari kita lihat bagaimana rakyat yang membiayai hidup para pejabat dengan pajak rakyat justru hidup dalam kemiskinan, mengais sampah, anak nya putus sekolah, keluarganya bercerai, lalu sang ibu tak sedikit yang jadi pelacur sementara suaminya menjadi pencopet dan penodong dan anak tercintanya mengemis di pinggir jalan. Semua itu bukan untuk kaya dan hidup mewah tetapi  hanya untuk bertahan agar tidak mati kelaparan di negeri kaya bernama Indonesia," tulis koran selebaran itu.

Sayangnya, tak diketahui siapa penyebar selebaran yang cukup sensasional tersebut. [silum/sru]


latestnews

View Full Version