View Full Version
Senin, 02 May 2011

JJ Rizal: Mbah Priok Cuma Mitos, Sejarah yang Dimanipulasi

Ciputat (voa-islam) - Belum lama ini, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat Jakarta mengadakan Seminar “Tradisi Ziarah dalam Masyarakat Indonesia”  sekaligus bedah buku  “Kasus Mbah Priok” terbitan MUI Provinsi DKI Jakarta di Gedung Syahida Inn, Kampus II UIN  Syarif Hidayatullah. Hadir sebagai pembicara antara lain: JJ Rizal, Prof. Dr. M. Bambang Pranowo, MA, dan Dr. Jamhari, MA.

Dalam makalahnya, Sejarawan dari Komunitas Bambu JJ Rizal mengatakan, ketika bicara Mbah Priok atau Habib Hasan Al Haddad, banyak pihak yang terlalu mengedepankan story-nya ketimbang bukti sejarah faktual. Yang dikemukakan, kebanyakan mitos-mitos, legenda-legenda berisi sepak terjang serta petualangan ajaib dan fantastik si mbah, ketika masih hidup maupun setelah meninggal dunia. “Story itu disampaikan bukan atas dasar nalar serta akal sehat. Bahkan sering satu cerita dengan cerita lainya bertentangan,” ujarnya.

Menurut JJ Rizal, Habib Hasan Al Haddad adalah mitos yang diciptakan dari sejarah atau peristiwa masa lalu seorang “tokoh” yang diidealisir, seakan-akan si tokoh betul-betul berperanan dan ditransformasi sebagai kebenaran sejarah. Padahal itu hanya pepesan kosong belaka, suatu kepalsuan data yang direkayasa.

“Sebab itu, keramat Habib Hasan Al Haddad boleh dikatakan punya cerita sejarah yang dimanipulasi. Sejarah dalam artian di sini, merupakan kerja kolaborasi si juru kunci dengan para peziarah. Dari tahun ke tahun ditambahkan, kemudian jadi legenda atau sejarah yang diimajinasikan.”

Kata JJ Rizal, mitosnya sengaja dibuat sebagai alat untuk mendukung realitas di lapangan, terkait dengan sengketa kepemilikan tana antara mereka yang mengaku sebagai ahli waris Habib Hasan Al Haddad dengan pihak PT Pelindo. Pada akhirnya, mitos kekeramatan Mbah Priok itu tidak lagi sekedar urusan sengketa tanah, tapi sudah menyangkut identitas dan status sosial kelompok tertentu di masyarakat.

Sekitar tiga bulan, sebelum kerusuhan berdarah meledak di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara (14 April 2010), sebuah surat dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara dilayangkan kepada Habib Al Idrus dan Habib Abdullah Sting, pengurus makam Mbah Priok yang mengaku sebagai ahli waris. Isinya adalah perintah pengosongan dan pembongkaran bangunan yang berdiri di atas lahan milik PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, yang mengelola Pelabuhan Tanjung Priok.

Surat ini melanjutkan instruksi Gubernur Jakarta, yang merujuk pada bukti hak pengelolaan dan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang menyatakan, bahwa gugatan ahli waris atas kepemilikan areal makam tidak diterima.

Dari fakta sejarah, JJ Rizal juga membantah anggapan, Mbak Priok sebagai tokoh yang telah berjasa sebagai pengislam masyarakat Betawi di masa lalu. Padahal, sebelumnya, tak sekalipun nama Mbah Priok disebut dalam network tokoh-tokoh yang dianggap berjasa mengislamkan Jakarta, baik dalam arsip colonial maupun sumber tradisional masyarakat Betawi. Bahkan penduduk Koja, lokasi Habib Hasan Al Haddad dimakamkan pun kurang mengenal tokoh ini. Nama Mbah Priok menjadi popular dan tersiar, ketika kerusuhan Koja terjadi.

JJ Rizal juga menyayangkan, ketika Gubernur DKI Jakarta Bang Foke, termasuk Presiden SBY membenarkan Mbah Priok sebagai tokoh penting sejarah dan mengakui makamnya sebagai situs sejarah. Bahkan lebih dari itu, akan dijadikan cagar budaya. Seperti diketahui, SBY sempat mengundang para kuncen ke Istana. Itu sama artinya, mengamini kepalsuan sejarah.

SBY pun tak membantah ketika para kuncen itu menyebarkan berita, ia adalah pernah menggelar pengajian bersama di makam itu. SBY pun menyatakan siap menjadi pelindung cagar budaya makam “keramat” Mbah Priok. “Tentu saja, dalam konteks ini sikap , presiden itu mesti dlihat sebagai urusan atau kepentingan politik sesaat yang dikaitkan dengan mitos makam keramat,” kata Rizal.

Desastian


latestnews

View Full Version