View Full Version
Jum'at, 06 May 2011

Puisi Ketegaran Aji Ahmad Faisal, Mujahid Ciketing Selama di Penjara

BEKASI (voa-islam.com) – Orang kedua setelah KH Murhali Barda yang namanya melambung menjadi objek percaturan dalam kasus insiden Ciketing adalah Aji Ahmad Faisal. Pemuda yang berdomisili di Rawa Lumbu Bekasi ini ditangkap polisi di Jakarta, Kamis sore (7/10/2010) karena melakukan penusukan tak sengaja terhadap sekretaris Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Hasian Lumbantoruan Sihombing.

Pria kelahiran Pemalang Jawa Tengah 28 tahun silam ini bukanlah seorang ustadz atau aktivis ormas Islam lainnya. Aji, demikian ia biasa disapa, adalah seorang penyair jalanan yang biasa mengamen puisi di atas bus kota di Jakarta. Bersama komunitas PIJAR (Pinggir Jalan Raya), Aji yang menjabat sebagai Kepala Bidang Kesenian, biasa membagikan pemikiran dan spirit keislamannya dengan membaca puisi di bus kota.

Tak ada kesedihan di wajah Aji, meski tujuh bulan ia menghuni jeruji besi. Kepada voa-islam.com, Aji mengungkapkan kebahagiaannya selama hidup di penjara, karena di sinilah Aji menemukan makna hidup dan hakikat Islam, dipandu oleh Ustadz KH Murhali Barda, mantan Ketua FPI Bekasi Raya yang senasib dengannya.

“Jadi ane anggap di penjara lagi nyantren, lagi uzlah,” tuturnya dengan bangga kepada voa-islam.com. Selain ibadah, zikir dan baca Al-Qur’an, Aji mengusir kejenuhan dan kebosanan dengan menulis beberapa puisi. Inilah dua buah puisi gubahan Aji selama di penjara:

 

AZZAM KAMI

 

Di balik jeruji besi kami bersaksi,

Bahwa perjuangan tak kan berhenti,

Dibalik tembok yang berdiri kokoh,

Barisan kami  takkan pernah roboh,

 

Kami  perangi kaum kuffar 

Teriakan takbir,

Allahu akbar! Allahu akbar!

Wahai kaum kuffar...

Sejengkal pun langkah kami takkan mundur,

Tak  sedetik pun semangat kami takkan pudar,

Demi tegaknya Syariat Islam.

(Bulak Kapal Bekasi, Mei 2011)

 

 

TAK PERLU

 

Tak perlu menangis

Hanya karena dituduh ekstrimis

Tak perlu berduka

Hanya karena dipenjara.

 

Tak perlu resah

Karena ini adalah uzlah

Tak perlu menangis

Tak perlu berduka

Karena suatu perkara

Menangis dan berdukalah karena dosa.

 

Bulak Kapal, Desember 2010

Yang sedang beruzlah,

 

Aji Ahmad Faisal

[taz]


latestnews

View Full Version