View Full Version
Rabu, 11 May 2011

MUI: Ma'had Al-Zaytun Tak Bisa Dilepaskan dari NII KW 9

JAKARTA (voa-islam.com) – Keberadaan Ma’had Al-Zaytun tak bisa dipisahkan dari NII KW 9 yang dibuat intelijen untuk pembusukan gerakan Islam.

Setelah melakukan penelitian terhadap NII dan Ma’had Al-Zaytun Indramayu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat menyimpulkan bahwa NII yang meresahkan saat ini bukanlah NII asli yang diproklamirkan oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, melainkan NII KW 9 buatan intelijen untuk membusukkan gerakan Islam.

Berbagai ajaran sesat NII KW 9 inilah yang mengajarkan berbagai penyimpangan ajaran Islam, misalnya: tidak mewajibkan shalat sampai terjadinya masa Fathu Makkah, menjalankan tugas negara lebih penting daripada shalat ritual, penyimpangan penafsiran Al-Qur'an, mengafirkan semua orang di luar kelompok mereka, dan rekayasa tentang bermacam-macam shadaqah (shadaqah hijrah, shadaqah istigfar, dst).

“MUI menyimpulkan secara tegas bahwa NII KW 9 adalah aliran sesat yang menyimpang dari Islam,” ujar Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, KH Aminuddin Ya`qub pada acara ‘Halqah Islam dan Peradaban’ bertema “Teror NII: Kriminalisasi Perjuangan Islam,” Selasa sore, (10/5/2011) di Auditorium Adhiyana Wisma Antara Jalan Medan Merdeka Selatan Jakarta.

Selain sebagai kelompok sesat, MUI juga menyimpulkan bahwa NII KW 9 adalah gerakan kriminal yang punya motif untuk memberikan efek traumatik yang menjadikan orang alergi terhadap gerakan-gerakan Islam. NII sesat di bawah kepemimpinan Abu Toto alias Panji Gumilang ini ini lahir pasca meninggalnya para pemimpin NII: Kartosuwiryo, Daud Beureh dan Kahar Muzakar.

Terhadap keberadaan Ma’had (pesantren) Al-Zaytun Indramayu yang dibawahi oleh Panji Gumilang, penelitian MUI menyimpulkan bahwa Al-Zaytun tidak bisa dipisahkan dari NII KW 9, dengan bukti adanya persamaan dan hubungan yang kuat antara NII KW 9 dengan Al-Zaytun.

“Ada tiga relasi yang signifikan antara gerakan NII KW 9 dengan Ma’had Al-Zaytun,” jelas Aminuddin.

Ketiga relasi itu, lanjutnya, adalah relasi historis, relasi kepemimpinan dan relasi finansial (keuangan). Relasi historis nampak jelas dan tak bisa ditampik, karena lahirnya Al-Zaytun tidak lepas dari NII KW 9. Sedangkan relasi kepemimpinan terbukti dengan adanya persamaan kepemimpinan antara Al-Zaytun dengan NII KW 9. Para pejabat dari Panji Gumilang, pengurus yayasan, dewan guru sampai staff yayasan itu tidak lepas dari NII. Fakta ini diakui oleh Imam Supriyanto, mantan Wakil Ketua YPI yang sekarang sudah bertaubat.  “Eksponen kepemimpinan dalam gerakan NII sama persis dengan eksponen yang ada di Yayasan Pesantren Indonesia (YPI). Nama-nama di YPI yang menaungi Al-Zaytun adalah tokoh-tokoh NII,” ujar Aminuddin.

....Di Ma’had Al-Zaytun, pada event Harokah Muharrom, satu hari bisa terkumpul dana milyaran rupiah, setoran dari para pejabat NII KW 9....

Sedangkan relasi finansial terbukti dengan adanya aliran dana yang signifikan, dari NII KW 9 ke Al-Zaytun, terutama setoran pada Harokah Muharrom. “Di Ma’had Al-Zaytun, pada event Harokah Muharrom, satu hari bisa terkumpul dana milyaran rupiah, setoran dari para pejabat NII KW 9, mulai dari bupati, camat hingga lurah,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, MUI Pusat memfokuskan penelitian terhadap NII dan Ma’had Al-Zaytun sejak tahun 2002 dengan membentuk Tim Peneliti Gerakan NII yang dikaitkan dengan Ma’had Al-Zaytun, diketuai oleh KH Ma’ruf Amin yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat.

Tim peneliti NII dan Al-Zaytun itu sendiri dibentuk setelah mencuat kasus menghebohkan di mana ada wanita berjilbab yang menjual diri demi untuk mengejar shadaqah kepada NII. Hasil penelitian MUI itu sudah dilaporkan ke Mabes Polri maupun Pemerintah RI melalui Departemen Agama, namun hingga kini belum ada pelarangan yang tegas dari pemerintah terhadap NII. [taz]


latestnews

View Full Version