JAKARTA (voa-islam.com) – Front Pembela Islam (FPI) mempersilakan siapapun merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Israel di Jakarta, bila Israel berhenti menjajah Palestina dan tidak memusuhi Islam lagi.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum FPI Habib Rizieq Syihab, menyikapi wacana perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Israel ke-63 yang digagas Unggun Dahana pada hari Sabtu (14/5/2011) di Jakarta.
Habib Rizieq menegaskan, komunitas Yahudi Indonesia boleh merayakan kemerdekaan Israel di Jakarta dengan satu syarat, yaitu Israel tidak lagi menjajah Palestina. Dan pemerintah Indonesia secara resmi membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
”Kalau nanti Israel mengubah kebijakannya tidak mengganggu umat Islam, Israel bisa hidup berdampingan ya no problem dan bisa buka hubungan diplomatik ya no problem,” ujar Habib Rizieq.
Menurutnya, umat Islam memusuhi Israel bukan karena mayoritas penduduknya beragama Yahudi, namun karena sampai saat ini Israel masih menjajah Palestina. ”Kita memusuhi Israel bukan karena dia Yahudi, bukan, kita musuhi Israel karena dia menjajah tanah muslim,“ ucapnya.
Karena acara peringatan Kemerdekaan Israel adalah hal yang tidak ada gunanya, maka Habib Rizieq mengimbau agar umat Islam jangan terpancing provokasi murahan itu.
”Jangan sampai umat Islam nantinya terprovokasi. Itu adalah acara yang tidak perlu dan tidak penting. Tidak patut dilakukan di indonesia,“ ujarnya di Jakarta, Rabu (11/5/2011).
Senada itu, Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Syuhada Bahri menilai perayaan hari kemerdekaan Israel yang digagas di Jakarta sebagai sebuah musibah besar. Itu berarti ada warga Indonesia yang mengakui penjajahan Israel terhadap Palestina. Padahal Indonesia adalah negara antipenjajahan yang sampai saat ini belum mengakui kemerdekaan Israel.
“Itu musibah besar, kita berharap hal itu tidak dilakukan, karena kita tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel,” ungkapnya di Kantor Presiden Jakarta, Kamis (15/5/2011).
Syuhada juga mengatakan bahwa sikap DDII tegas menolak diadakannya acara tersebut. Apalagi, acara itu digelar oleh komunitas Yahudi yang di Timur Tengah menjadi sumber konflik. Kehadiran Yahudi di Indonesia hanya akan mengusik keharmonisan antarumat beragama.
Karena itu pula, DDII menolak keinginan komunitas Yahudi Indonesia agar agama Yahudi diakui oleh negara. “Hingga saat ini selalu bermasalah dengan umat Islam di Palestina,” tegasnya. [taz/inl]