View Full Version
Kamis, 26 May 2011

Ustadz Baasyir: Ubeid Sudah Keluar dari Jamaah

Jakarta (voa-islam) – Perlu diketahui, video yang dibawa Ubeid untuk dipertontonkan di Markaz JAT Jakarta maupun di rumah Haryadi Usman sudah bukan rahasia lagi. Bahkan sudah tersebar luas di masyarakat saat itu.

Ketika Ubeid datang ke markaz JAT Jakarta dengan membawa video tersebut, Ubeid sudah keluar dari Jama’ah dan bergabung ke Aceh. “Ketika itu, Ubeid hendak mengajak kami untuk bergabung, tawaran itu kami tolak. Karena, kami tidak mau beramal yang tidak ada kemampuan, meskipun latihan di Aceh itu, kami akui amal ibadah yang mulia. Kami sudah mempunyai program ‘idad yang sudah lama kami laksanakan, yaitu idad fisik.”

Menggelikan, jika Ustadz Abu diancam hukuman hanya karena menonton video itu, padahal waktu itu banyak masyarakat yang menonton pun dibiarkan. Ini kedzaliman dan kejahatan yang dimurkai Allah.

Adapun, dakwaan bahwa Ubeid melapor kepada Ustadz Abu tentang perkembangan di Aceh dan menyerahkan surat tentang perkembangan di Aceh, lagi-lagi ini fitnah yang dibuat-buat untuk meyakinkan bahwa benar-benar dirinya selaku perencana dan pengatur latihan ini.

“Sejak Ubeid keluar dari JAT dan bergabung ke Aceh, dan mengajak saya, lalu saya tolak, selanjutnya tidak ada lagi hubungan dengan saya. Sungguh, saya benar-benar tidak tahu adanya ‘idad di Aceh kecuali setelah  diajak Ubeid dan saya tolak. Jadi, tidak benar kalau saya dituduh menerima laporan dari Ubeid dan Abu Tholut tentang Aceh,” jelasnya.

Perlu Taubat

Menurut Sonhadi, Ubeid sendiri lah yang menyatakan keluar dari JAT. Karena dianggapnya, JAT sudah tak sepaham dan tidak bisa mengakomodir keinginannya untuk melakukan idad di Aceh. Sikap JAT sendiri, memang belum siap berjuang dengan senjata. JAT baru sebatas berjuang untuk menegakkan amar maruf nahi mungkar.

Senada dengan wakil dari Ustadz Abu Bakar Baasyir, Ustadz Muhammad Achwan, Ubeid merasa JAT tidak bisa mengakomodir keinginannya. Sementara jihad Ustadz Abu sudah jelas, maruf nahi mungkar. Sedangkan Ubeid jalan sendiri.

Saat ditanya, apakah Ubeid tidak patuh dengan Ustadz Abu selaku gurunya? “Tidak bisa juga dikatakan begitu. Ubeid, awalnya bergabung, tapi ditengah jalan, karena tidak cocok, akhirnya pisah sendiri. Waktu itu belum ada mekanisme terulis, baru sebatas lisan yang diketahui oleh Majelis Syuro."

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam sebuah surat pernyataannya, Khairul Ghazali menyatakan taubat atas kesilapannya ucapan dan tulisannya yang menjerat Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Ketika itu, Khairul mengaku dalam kondisi tertekan, setelah disiksa Densus 88 secara biadab, sehingga kesaksiannya ditujukan untuk menjerat Ustadz Abu.

Ketika dimintai tanggapannya soal perlukah pernyataan taubat para saksi seperti Ubeid, Abdul Haris dan saksi lainya, seperti halnya Khairul Ghazali yang mengakui kesilapannya telah menjerat Ustadz Abu Bakar Baasyir ke meja hijau, Direktur JAT Media Center, Sonhadi, bisa memaklumi kondisi mereka yang penuh tekanan dalam tananan.

“Tapi secara moral, seharusnya mereka melakukan pertobatan kepada Allah dan kembali berbara’ dengan toghut, seperti halnya Khairul Ghazali. Memang, semestinya mereka punya keberanian untuk itu,” kata Sonhadi.

Boleh jadi, kata Sonhadi, mereka merasa kekurangnyamanan. Ustadz Abu sendiri, telah beberapa kali mengirim surat kepada Ubeid maupun Abdul Haris untuk mengoreksi statemennya. Tapi, tidak pernah ditanggapi secara serius.

Sependapat dengan Ustadz Achwan, wakil amir JAT, seharusnya memang punya keberanian untuk mencabut pernyataannya yang telah memojokkan Ustadz Abu. Dalam kondisi tertekan, bisa dimaklumi. Meski efeknya menjadi kurang kondusif. Kalau mereka berani menyatakan taubat, seperti halnya Ghazali dan mencabut statemennya, tentu akan lebih baik.

Ustadz Achwan tidak memungkiri, akses internet yang luar biasa, menyebabkan jamaah banyak mengikuti fatwa ulama dari Afgan, sehingga situasinya menjadi dilematis. “Mereka ikut orang lain, padahal Ustadz Abu tidak pernah mengeluarkan kebijakan. Inilah yang menjadi ujian bagi kita,” katanya.

Achwan mencontoh kasus Syarif, ada pemikiran jamaah yang terpengaruh dari luar. Padahal, jika masuk jamaah konsekuensinya harus mengikuti pemikiran jamaah, dan amaliyah pun juga jamaah, jangan jalan sendiri.”Kalau tidak mau diatur, ya jangan bergabung dengan jamaah. Ustadz Abu sendiri telah menyertai lembaran sighah mu'ahadah (lembaran baiat) untuk tidak melenceng, melakukan sesuatu yang bukan kebijakan jamaah. ● Desastian


latestnews

View Full Version