JAKARTA (voa-islam.com) – Setelah mengkritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pemimpin pembohong, kali ini Din Syamsuddin mengkritik SBY sebagai pemimpin yang suka lari dari tanggung jawab alias mangkir dari amanat reformasi.
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah itu, dirinya memiliki banyak alasan sehingga mengatakan SBY sebagai presiden pemangkir dari amanat reformasi. Dua alasan utamanya, kata Din, karena SBY lalai dalam pemberantasan korupsi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
“SBY mangkir dari amanat reformasi. Mangkir dari amanat peningkatan kesejahteraan, mangkir memberantas korupsi. Merajalelanya korupsi yang direkayasa,” kata Din usai diskusi publik bertema “Kebangkitan atau kebangkrutan nasional” di Gedung PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya Jakarta Pusat, Kamis (26/5/2011).
....SBY mangkir dari amanat reformasi. Mangkir dari amanat peningkatan kesejahteraan, mangkir memberantas korupsi...
Menurut Din, selama ini SBY selalu saja membiarkan kasus korupsi yang jelas- jelas terjadi di lingkaran kekuasaannya. Din mencontohkan seperti korupsi di Kemenag, Kemenhub dan Kemenpora. Din menyebut beberapa kasus korupsi seperti; kasus korupsi kereta api hibah dari Jepang di Kementerian Perhubungan, kasus korupsi dana haji di Kementerian Agama dan kasus korupsi pembelian pesawat MA-60 di Kementerian Perdagangan. “Tapi tidak ada tindakan tegas. Inilah yang disebut mangkir,” jelasnya.
Selain kasus-kasus itu, Din juga menyebut kasus suap yang terjadi di Kementerian Pemuda dan Olah Raga yang diduga melibatkan Nazaruddin yang tak lain adalah orang Demokrat, partai yang mengusung SBY menjadi presiden. “Indikasinya sudah diungkap secara jelas oleh pers tapi nyatanya hingga saat ini tidak ada satu pun tindakan tegas yang diambil SBY,” kritik Din.
Kemangkiran SBY dalam proses pemberantasan korupsi, menurut Din, adalah penyebab utama semakin bangkrutnya negeri ini. “Mangkir dalam pemberantasan korupsi ini (karena) dia telah berbuat ingkar dan kata ingkar itu ada hubungannya dengan munkar dan kalau ditarik ke aspek spiritual itu salah satu perbuatan dosa yang memang menjadi prerogatif Tuhan,” kata Din.
Dalam hal kesejahteraan rakyat, jelas Din, SBY selalu absen dari cita- cita negara dalam menyejahterakan kehidupan rakyatnya. Hal ini bisa dilihat dari masih banyaknya masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Bukan hanya itu saja, kata Din, SBY malah seperti berusaha untuk menutupi keadaan tersebut dengan menggunakan angka-angka statistik yang menurutnya hanya kamuflase belaka. “Ini bahaya yang membuat masalah yang terjadi di Indonesia ini semakin parah. Saya melihat SBY selalu mangkir di sini,” kata Din.
Din menilai ada sebuah perbedaan paradigma mengapa pemegang amanat bisa mangkir dari amanat reformasi. Perbedaan paradigma ini diikuti oleh filosofi ketakaburan karena merasa sudah mendapatkan legitimasi kuat dari rakyat.
“Mendapatkan keterpilihan positif dari suara rakyat, yang menjadikan pemerintah itu mabuk kepayang. Seolah kasus korupsi yang ada tidak ada masalah,” nilainya.
....pemerintah itu mabuk kepayang. Seolah kasus korupsi yang ada tidak ada masalah....
Din menganggap setiap masalah selalu diselesaikan dengan opini dan citra. “Sehingga masalah selalu menumpuk dan tidak terselesaikan,” tutupnya.
Atas kemangkiran SBY itulah Din Syamsudin mengatakan pemerintahan SBY ini tidak ubahnya sebuah adagium "ikan busuk dari kepala." Kerusakan Indonesia ini, kata dia, semuanya berpangkal pada pada kepala yakni presiden. [silum/dtk, an]