London (voa-Islam) - Penutupan News of The World juga diduga sebagai langkah untuk menyelamatkan upaya Murdoch dengan News Corp-nya untuk menjadi menguasai sepenuhnya BSkyB. Kini News Corp baru memiliki 39 persen saham perusahaan penyiaran itu.
Taipan media massa Rupert Murdoch makin menjadi pemain penting di bisnis informasi. Soalnya, ia mendapat peluang dari Pemerintah Inggris menguasai seluruh saham televisi satelit BSkyB. Kelak, sebagaimana warta AP dan AFP pada Kamis (3/3/2011), BSkyB akan masuk dalam jajaran News Corporation (News Corp).
Persetujuan Pemerintah Inggris diberikan setelah News Corp menawarkan memisahkan stasiun berita Sky News dari BSkyB. Selama ini upaya News Corp untuk menguasai BSkyB mendapat tentangan banyak pihak di Inggris karena dikhawatirkan hal itu akan menimbulkan konsentrasi kepemilikan media.
Namun, kelompok-kelompok media lain tetap menentang keputusan pemerintah. Mereka menyatakan akan menggugat keputusan itu.
Di Inggris, News Corp memiliki koran The Sun, The News of the World, The Times, dan The Sunday Times. Kini, News Corp sudah memiliki 39 persen saham BSkyB. Tak cuma itu, News Corp adalah pemilik saham di berbagai sektor media di seluruh dunia, seperti stasiun televisi Fox, Star TV, studio film 20th Century Fox, penerbit Harper Collins, serta berbagai surat kabar.
Menteri Kebudayaan dan Media Inggris Jeremy Hunt mengatakan, dia akan mengabulkan permohonan News Corp tanpa mengajukan ke komisi persaingan usaha. Sebelumnya, regulator media Inggris, Ofcom, mengatakan, pembelian News Corp harus mendapat lampu hijau dari komisi tersebut. Sedangkan Komisi Eropa sudah memutuskan bahwa tidak ada alasan untuk menentang langkah News Corp dari sisi persaingan usaha.
Perusahaan-perusahaan media seperti The Guardian, Trinity Mirror, The Telegraph, dan Associated Newspapers mendapat kesempatan sampai 21 Maret untuk mengajukan keberatan.
Hunt mengatakan, kesediaan News Corp melepas Sky News akan menjawab kekhawatiran bahwa Murdoch bakal mengganggu kemajemukan dunia media Inggris dengan mengambil alih BSkyB sepenuhnya.
Bagi Rupert Murdoch (80) kasus tersebut nampaknya tak bisa diatasi tanpa mematikan tabloid. Maka pilihan menutup tabloid tersebut untuk selamanya sangat mungkin dilakukan Murdoch dalam mencegah kerusakan reputasi lebih jauh ke media-media miliknya yang lain yang tersebar di Eropa, Asia, Amerika, dan Australia.
Kekuatiran Murdoch memang cukup beralasan karena saat skandal penyadapan itu sedang menjadi pembicaraan publik, harga saham perusahaan induk, News Corp, langsung jatuh 5 persen di bursa New York.
Sesungguhnya ulah penyadapan dan praktek tidak terpuji lainnya dalam memperoleh informasi sudah menjadi kebiasaan redaksi News of the World. Buktinya, pada 2007 dua wartawan tabloid ini dijatuhi hukuman penjara karena terbukti menyadap ponsel milik anggota keluarga Kerajaan Inggris.
Kurangi Porsi Surat Kabar
Raksasa media News Corporations akan mengurangi porsi surat kabar dalam portofolio bisnisnya. Grup yang dimiliki Rupert Murdoch itu memperbesar bisnis televisi berbayar, terutama di wilayah Eropa Barat dan India.
James Murdoch, Group Head News Corp untuk Eropa dan Asia, akhir pekan lalu, mengatakan akan tetap konsisten di jalur bisnis jurnalisme. Putra miliarder Rupert Murdoch ini mengaku menempuh cara ini untuk mencari penghasilan baru. Selama ini, banyak pengiklan di surat kabar pindah ke internet. "Secara struktural, televisi jauh lebih menguntungkan dan prospeknya besar," kata Murdoch.
News Corp berencana akan menjual versi digital koran Times kepada pelanggan, awal tahun depan. Mereka juga memiliki koran Wall Street Journal dan Pearson's Financial Times.
James Harding, editor koran Times di Inggris, pekan lalu juga mengakui, rencana penerbitan konten digital akan mereka lakukan mulai musim semi tahun depan. (Desastian/dsb)