Jakarta (voa-islam) – Menurut survei Dewan Masjid Indonesia (DMI), dari 80% populasi umat Islam di Jakarta, mereka yang mengenal huruf hijaiyah itu hanya 70% saja. Sedangkan yang bisa membaca atau merangkai huruf hijaiyah itu hanya 65 % . Begitu juga yang membaca Al-Qur’an dengan tajwid hanya separuhnya.
Mestinya Al-Qur’an itu menjadi bacaan pertama umat Islam, sesuai makna dari kata Al-Qur'an yang berarti bacaan. Namun, sangat disayangkan, pengenalan Al-Qur'an sejak dini kurang mendapat perhatian para orang tua. Kenyataannya, di negeri ini, yang pertama kali diperkenakan pada anak didik adalah huruf abjad, bukan huruf Al-Qur’an.
"Saya berharap, ada reformasi pada sistem pendidikan nasional di Indonesia, sehingga jumlah mereka yang buta aksara Al Quran tidak semakin besar,” kata Ketua Umum Al Washiyyah Foundation Ustadz Muhammad Hidayat kepada voa-islam disela-sela acara Program Tahfidz Al-Qur’an yang digelar di sekretariat Yayasan Al-Washiyyah di Jakarta Timur.
Dikatakan Ustadz Hidayat, ghirah orang tua untuk mendorong anaknya pada pemahaman Al Qur’an tidak begitu besar. Sementara itu, institusi pendidikan seperti sekolah, yang diajari hanyalah materi pengajaran agama, bukan pendidikan agama. Sehingga agama hanya sekedar hafalan, teori, dan soal jawab semata. Seharusnya pendidikan agama di sekolah itu mengajarkan nilai-nilai kejiwaan dan penanaman akidah yang kuat, khususnya pada anak.
“Misalnya, mengapa ada syahadatin, apa filosofi shalat, sehingga umat Islam tidak mudah meninggalkan shalat dan puasa. Agama itu bukan teori, tapi pelajaran yang bersifat kejiwaan. Karenanya, kurikulum nya harus ditambah, tidak cukup dua SKS atau 1 jam,” kata Ustadz Hidayat.
Program Tahfidz Al Qur’an
Taman Tahfidz Al-Qur’an adalah lembaga penghapal Al-Qur’an yang berkomitmen menjaga kemurnian Al-Qur’an melalui ikhtiar mencetak kader-kader penghapal Al Qur’an dalam rangka mewujudkan generasi Al-Qur’an sejak dini.
Lembaga tahfidz Al-Qur’an ini bernama “Taman Tahfidz Al-Qur’an Al-Washiyyah” unit pengabdian dari Yayasan Majelis Al-Washiyyah. Didirikan pada buan Juli 2011. Adapun visinya adalah mencetak penghapal Al-Qur’an 30 juz dan mendidik umat agar memahami dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an. Para santri akan mendapat pengajaran dari dua orang guru pembimbing tahfizh, yakni : Habib Ahmad Al-Munawwar, LC, MA, al-hafizh dan Ustadz Hendra Suprianto, al-Hafizh.
Program dan jenjang yang diajarkan adalah Ta’limul Qiro’ah, Tahsin, dan Tahfidz. Adapun kurikulumnya meliputi: Metode Iqra, Panduan Daurah Al Qur’an, dan Kiat Suskes Menjadi Hafizh Al-Qur’an. Pelaksanaannya dilakukan setiap Selasa dan Kamis. Untuk kelas pagi dimulai sejak pukul 08.00-09.30 wib. Sedangkan untuk kelas sore dimulai pukul 16.00-18.00 wib. Kelas pagi dan sore akan digabung pada hari Ahad, pukul 16.00-18.00 wib.
Target yang diharapkan dari program Taman Hafizh Al-Qur’an ini adalah: Pertama, agar santri memiliki wawasan yang baik dan benar, serta memahamu makna menghafal Al-Qur’an secara komprehensif. Kedua, santri dan alumni santri memiliki sikap semangat pantang menyerah, amanah, percaya diri, disipli, dan konsisten dalam menghafal Al-Qur’an. Ketiga, santri dan alumni santri menjadi suri teladan sebagai seorang hafizh dengan budi pekerti yang Qur’ani. Keempat, alumni santri selalu kompeten dalam tahfizh 30 juz, sehingga dapat bermanfaat bagi lingkungannya.
“Kami membatasi santri yang ingin mengikuti program hadfizh Al Qur’an ini. Padahal yang mendaftar mencapi 100 orang. Alhamdulillah. Insya Allah, kami akan membuka gelombang berikutnya,” kata Ustadz Hidayat
Dengan tahfizh Al Qur’an ini diharapkan, dapat menjaga orisinalitas Al-Qur’an dari upaya pihak-pihak yang ingin mengacak-acak Al Qur’an. Mengingat, Al-Qur’an adalah benteng pertahanan terakhir umat Islam. Kalau Al Qur’an sudah diacak-acak, umat Islam bisa hilang. “Sejarah mencatat, umat Islam bisa menguasai dunia karena Al-Qur’an. Begitu juga, umat Islam terpuruk, karena meninggalkan Al-Qur’an. Karena itu, selain tahfizh , juga dikenalkan tafsir, takwil dan atlasnya,” kata Ustadz Hidayat.
Dalam sambutannya, Camat Jatinegara Drs. Muchtar menyambut baik adanya program tahfizh Al Qur’an yang diadakan di wilayahnya. Katanya, sekarang ini sulit mencari di kalangan umat Islam yang menghapal Al Qur’an 30 juz. “Salah satu tanda-tanda kiamat adalah ketika Al-Qur’an tidak lagi dibaca dan diamalkan. Saya berharap Yayasan Al Washiyyah terus mengembangkan program ini secara berkesinambungan,” ujar Camat Jatinegara yang didampingi Lurah Cipinang Cempedak. Desastian