Jakarata (voa-islam) -- Kondisi Dora Indriati Murni (25), mahasiswi Universitas Bung Hatta Padang yang menderita penyakit unik "keringat darah" belum sepenuhnya membaik. "Keringat darah" Dora masih terus mengucur sehingga dia masih membutuhkan banyak biaya untuk menyembuhkan sakit yang dideritanya itu.
"Kondisi Dora pada umumnya memang belum banyak berubah. Darah masih sering keluar dari kepalanya," kata Manager Cabang Dompet Dhuafa Singgalang Padang, Musfi Yendra.
Meski sudah pulang dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dora masih rutin menjalani pengobatan di Padang. Pengobatan fisik dan psikis terus dijalani Dora. "Seminggu dua kali ke psikiater dan konsultasi ke dokter yang menangani penyakit di RSUP M Djamil," kata Musfi.
Sebagaimana diketahui, Dora menderita penyakit langka berupa keluarnya darah terus menerus dari pori-pori kepalanya. Saat kondisinya menurun, darah bahkan mengucur dari telinga, mulut, dan hidungnya. Dora mengaku, dua tahun terakhir mengalami pendarahan saat kelelahan dan terlalu banyak berpikir.
Karena penyakitnya cukup serius dan butuh penanganan khusus, Dora yang semula dirawat di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Dora tiba di Bandara Soekarno Hatta, pada hari Rabu, 8 Juni 2011.
Tim dokter yang merawat Dora telah melakukan diagnosa awal terhadap penyakitnya. Hasilnya, disimpulkan terjadi kelainan pada fungsi pembekuan darah. Penyakit yang baru ditemui ini juga bisa disebabkan pengaruh dari kandungan dan penyakit lupus. Tetapi, untuk memastikan hal tersebut, tim dokter harus melakukan pemeriksaan mendalam. Bahkan, dr. Shupri Effendy mengatakan kasus ini penuh kejanggalan, dan penyakit yang diderita oleh Dora saat ini menjadi headline di dunia kesehatan.
Sampai saat ini, Dora masih terus menjalani pengobatan. Dalam menjalani pengobatan tersebut, Dora selalu didampingi Dompet Dhuafa. Pendampingan dilakukan sejak awal proses pengobatan Dora di RSUP M. Djamil, Padang hingga di RSCM Jakarta, dan keluar RSCM.
"Bahkan sampai sekarang, pemeriksaan rutin Dora selama di Padang menjelang pengobatan lanjutannya di RSCM masih tetap kami dampingi," ujar Musfi.
Bantuan untuk Dora
Sementara itu, mengenai bantuan untuk Dora, Dompet Dhuafa sejauh ini sudah menerima amanah publik untuk mengelola dana pengobatan Dora sejumlah Rp.320 juta. Dana yang terkumpul itu digunakan untuk biaya pengobatan dan biaya lain yang dibutuhkan Dora, seperti kebutuhan pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
"Selain membantu proses kesembuhan Dora, kami juga telah membuatkan beberapa program lain untuk Dora, di antaranya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dia dan keluarganya, biaya pendidikan termasuk adik kandung dan adik tirinya, dan yang paling besar adalah biaya pengobatan," kata Musfi.
Bakrie Untuk Negeri, sebagai salah satu pihak yang membantu Dora, dengan bekerjasama dengan Dompet Duafa, menyerahkan bantuan uang senilai Rp Rp189.540.000 untuk membantu kelanjutan pengobatan Dora. Bantuan tersebut merupakan realisasi bantuan yang dijanjikan Aburizal Bakrie dan keluarga saat menjenguk Dora di RSCM 11 Juni 2011 lalu.
Bantuan diserahkan langsung oleh Ketua Bakrie Untuk Negeri, Anindya N. Bakrie, kepada Presiden Direktur Dompet Dhuafa Bapak Ismal A. Said di Kantor Dompet Dhuafa Gedung Nugrasantana, Jakarta, Jumat (19/8). Juga hadir perwakilan Bakrie Untuk Negeri seperti Nia Ramadhani dan H. Hisyam Sulaiman.
Anindya Bakrie mengataka, bantuan yang diberikan adalah bantuan tahap pertama yang merupakan tindak lanjut rencana bantuan yang disampaikan saat menjenguk Dora Juni lalu. "Ini adalah realisasi bantuan yang kami janjikan dulu," ujarnya.
Mengenai jumlah dan mekanisme bantuan, Anindya mengatakan keluarga melalui Bakrie Untuk Negeri menyerahkan bantuan melalui Dompet Dhuafa. Nantinya setiap bulan akan ada rincian kebutuhan Dora yang dibuat dan diawasi penggunaannya oleh Dompet Dhuafa. "Kami akan memberikan jumlahnya sesuai rincian yang disampaikan Dompet Dhuafa selaku pendamping, sehingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan Dora, baik untuk pengobatan, pendidikan, dan kebutuhan kesehariannya," jelas Anindya. (Desastian/DD)