View Full Version
Sabtu, 08 Oct 2011

Benarkah Ustadz Abu Bakar Ba'asyir Mengutuk Bom Solo?

JAKARTA (voa-islam.com) – Vonis 15 tahun yang memaksa tubuh renta KH Abu Bakar Ba’asyir dikerangkeng di balik jeruji besi, tak membuat puas para penebar fitnah. Berbagai tuduhan sepihak terus dilancarkan tiada henti.

Belakangan media massa marak memberitakan bahwa KH Abu Bakar Ba’asyir mengutuk bomber Gereja Bethel Kepunton Solo. Berita lain yang juga menjadi headline adalah tudingan bahwa pelaku bomber Solo adalah anggota Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) yang dibaiat langsung oleh Abu Bakar Ba’asyir.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam mengatakan bahwa Achmad Yosepa Hayat adalah anggota JAT dan pernah dibaiat. “Bukan, itu yang bersangkutan pernah dibaiat. Apakah hingga saat ini yang bersangkutan masih menjadi anggota JAT, yang jelas dia pernah dibaiat,” ujarnya seperti dikutip okezone.com di kantornya, Jakarta, Senin (3/10/2011).

Untuk mengklarifikasi berita tersebut, voa-islam.com mewawancarai Ustadz Abu, demikian biasa disapa di sel Bareskrim Mabes Polri, Jalan Trunojoyo Jakarta Selatan.

Dengan tegas, Ustadz Abu menolak bila ia dan JAT dikait-kaitkan dengan berbagai aksi pemboman rumah ibadah. Menurutnya, Islam melarang mengganggu agama lain bila mereka tidak memusuhi Islam.

“Menurut aturan agama, tidak betul cara-cara seperti itu. Meskipun ideologinya kita tolak, tidak boleh diganggu selama dia tidak mengganggu Islam. Rumusannya terhadap orang kafir itu kita tidak boleh membantu upacara agamanya dan tidak boleh mengganggu,” jelasnya, Jum’at (7/10/2011). “Membantu tidak boleh dan mengganggu pun tidak boleh kecuali ada bukti gereja itu ada musyawarah misalnya untuk menghancurkan Islam. Seperti masjid dhiror itu, ada bukti mereka membangun masjid untuk mengumpulkan tentara dari luar pura-pura Islam untuk menyerang Madinah, nah itu baru boleh dihancurkan.”

....Jamaah tidak mengajarkan macam itu, seperti di Cirebon dan di Solo. Saya sudah menyampaikan kritik, itu tidak betul menurut sunnah...

Ustadz Abu menegaskan, institusi JAT tidak pernah mengajarkan hal semacam itu, karena aksi tersebut menurutnya tidak sesuai sunnah. Ustadz Abu juga mengimbau agar para mujahidin mengimbangi semangat jihadnya dengan kajian syariat.

“Jamaah tidak mengajarkan macam itu, seperti di Cirebon dan di Solo. Saya sudah menyampaikan kritik, itu tidak betul menurut sunnah. Jadi itu urusan dia, kemungkinan dia ngaji pada orang lain. Keras itu boleh selama keras itu sesuai dengan syariat bukan sekedar semangat,” imbaunya.

Menghancurkan suatu tempat ibadah, tambahnya, baru diperbolehkan bila ada bukti bahwa tempat tersebut dipakai sebagai markas untuk menyerang Islam. “Sekarang adakah bukti bahwa gereja itu tempat musyawarah untuk menghancurkan Islam? Kalau tidak ada bukti tidak boleh, itu pandangan kita,” ungkapnya.

Namun demikian, Ustadz Abu yang tidak sependapat dengan aksi bom Gereja di Solo tetap mendoakan pelaku bom jika tujuannya untuk istisyhad semoga amalnya diterima oleh Allah Ta’ala dan diampuni kesalahannya.

“Nah kalau tujuannya mau mati syahid itu mulia, mudah-mudahan diterima oleh Allah Ta’ala dan kesalahannya diampuni,” ujarnya.

...kalau tujuannya mau mati syahid itu mulia, mudah-mudahan diterima oleh Allah Ta’ala dan kesalahannya diampuni...

Dalam wawancara siang itu, Ustadz Abu juga membantah pemberitaan di media-media nasional yang memelintir pernyataannya mengutuk aksi bomber Solo. Ia mengimbau agar berhati-hati adanya upaya memecah belah mujahidin.

“Saya tidak pernah mengutuk atau mengucapkan kata-kata terkutuk,” bantahnya. “Jadi hati-hati ada upaya memecah belah dengan memelintir pembicaraan saya,” pungkasnya. [taz/ahmed widad]      


latestnews

View Full Version