Jakarta (voa-Islam) – Direktur Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Center Ustadz Son Hadi mengaku heran, setiap kali terjadi pengeboman di Tanah Air, Polri selalu mengait-ngaitkan pelakunya dengan anggota JAT. Penggiringan opini ini tak lebih sebagai black campaign terhadap gerakan yang selama ini getol menegakan syariat Islam.
“Harus diakui, organisasi Islam yang selama ini gigih dan bersemangat dalam upaya penegakan syariat Islam adalah JAT. Melihat misinya itulah, JAT kerap menjadi sasaran. Ini merupakan gerbong awal bagi setiap gerakan untuk dihadapkan dengan black campaign,” ujar Son Hadi kepada Voa-Islam di sekretariat JAT di Jakarta.
Son Hadi melihat ada fenomena menarik yang saat ini terjadi, yakni adanya ghiroh yang begitu luar biasa dari anak-anak muda yang ingin mengekspresikan pembelaannya terhadap Islam. Tentu saja cara anak-anak muda membela Islam itu harus sesuai syariat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Yang menjadi soal, kata Son Hadi, jika semangat anak muda yang menggebu-gebu dimanfaatkan oleh phak lain, secara sadar maupun tidak sadar. Pemanfaatan itu biasanya setelah kejadian. Jubir JAT itu yakin, ada permainan intelijen dibalik peristiwa pengeboman di negeri ini. Suatu ketika, bukan hanya kelompok “fundamentalis” saja yang akan dijadikan sasaran, melainkan juga kalangan “moderat” sekalipun, tinggal menunggu giliran waktunya saja.
Jubir JAT Center Ustadz Son Hadi khawatir, ketika kita bicara soal deradikalisasi, umat Islam seolah berada pada framing (bingkai) mereka. Kita terjebak untuk ikut mengaitkan jaringan ini-itu. Ketika tidak ada lagi yang dijual, saat Umar Patek sudah tertangkap, Ustadz Abu sudah dipenjara, maka endingnya adalah percepatan, yakni adanya upaya untuk mengaborsi JAT. “Ini adalah bentuk hadiah pemerintah Indonesia kepada Presiden AS Obama,” kata Son Hadi.
Ingat, AM Hendro Priyono pernah bilang, jika ranting dan batangnya sudah dipangkas, langkah berikutnya adalah mencabut akarnya hingga mati. Seperti itulah, pemerintah akan menghabisi JAT hingga akar-akarnya. Bersamaan dengan itu dimunculkan gerakan takfiri, dimana gerak mujahidin akan dihantam oleh gerakan tersebut. Diantaranya adalah mengkafirkan JAT, Ustadz Abu, bahkan Ustadz Aman.
Juga ada upaya untuk mengadu domba dengan membenturkan kelompok "fundamentalis" dengan "tradisional". Diciptakan ketakutan, kelompok fundamentalis seolah ancaman bagi kalangan tradisional. “Kebencian historik terhadap Wahabi pun dikembangkan. Kelompok tradisional ini mendapat dana yang besar untuk mengadakan seminar-seminar dan menerbitkan buku terkait bahaya Wahabi.” (Desastian)