View Full Version
Senin, 17 Oct 2011

Aneh, Ngaku Jebolan Al-Azhar Kebayoran, Tapi Gusur Masjid

Jakarta (voa-islam) – Saat musyawarah untuk membicangkan nasib masjid yang bakal digusur, seorang pengelola/pemilik gedung bernama Ronald Onggo menunjukkan sikap arogan. Ia tidak peduli atas aspirasi dan masukan dari dengan pihak pengurus masjid dan perwakilan tenant (penyewa Landmark Tower) yang hadir.

Saat itu, Ronald Onggo yang mengaku Muslim itu dengan nada emosi mengatakan, “Jangan ajari saya agama. Saya ini lulusan Al-Azhar (Kebayoran-Jakarta).” Padahal kala itu, umat Islam sedang menjalankan puasa Ramadhan. Aneh, kok ada orang yang mengaku jebolan Al-Azhar, tapi bernafsu ingin menggusur masjid untuk dijadikan lahan parkir motor.

Tak semata dijadikan lahan parkir, pengurus masjid mulai curiga, adanya upaya-upaya tertentu untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan kemakmuran masjid. “Ada pihak-pihak yang tidak berkeinginan, geliat dan pergerakan jamaah masjid, serta perkembangan Islam di lingkungan gedung Landmark ini,” kata Ketua DKM Masjid Landmark, M. Isa Syahroni saat ditemui voa-islam.

Betapa tidak, Masjid Landmark yang berlokasi di Basement Tunnel Gedung Landmark ini memiliki kegiatan rutin, seperti shalat Jum’at, dimana jama’ahnya dipekirakan sekitar 700-800 orang. Untuk shalat rawatib Zhuhur dan Ashar bisa mencapai 250-300 orang jama’ah. Selain itu juga dibuka bimbingan baca dan hapalan al-Qur’an (Senin siang – Kamis sore), lalu Kajian Islam ba’da Zhuhur (Selasa – Kamis), juga menggelar kegiatan Kajian Ramadhan (setiap hari kerja), termasuk Ta’jil harian Ramadhan.

Kegiatan tambahan di masjid ini antara lain, santunan dan perlombaan anak yatim dan dhu’afa di bulan Ramadhan (±75 anak/tahun) mengundang beberapa yayasan, Khitanan anak yatim dan dhu’afa pada liburan sekolah (±30 anak/tahun) bekerja sama dengan Hilal Ahmar Jakarta, member bingkisan bagi pegawai dhu’afa di lingkungan Gd. Landmark (setiap tahun), Pameran dan Bazaar produk-produk Islami, Bedah buku dan pelatihan fiqih Islam, Pembukaan gerai lembaga ZIS dan Qurban (dgn Portal Infaq).

Kegiatan lainnya adalah penggalangan bantuan bencana dan musibah, penggalangan bantuan peduli dunia Islam, khususnya Palestina (dengan KISPA),  penggalangan bantuan pembangunan Masjid, pendidikan Islam. Semua fasilitas (incl. listrik dan air) tidak dipungut biaya oleh manajemen gedung. Seluruh kegiatan yang diadakan didanai oleh jama’ah masjid tanpa melibatkan bantuan dana dari pemilik gedung.

Masjid yang Tak Pernah Sepi

Data dan fakta di atas menunjukkan, Masjid Landmark tidak pernah sepi dan sangat ramai dipergunakan tenant dan orang-orang di sekitar gedung untuk beribadah. Semakin hari jumlah jama’ah shalat berjama’ah (Zhuhur dan Ashar) semakin bertambah banyak.

“Gedung Landmark pada mulanya sepi, namun masjid tetap ramai dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, termasuk kegiatan sosial yang mengatasnamakan jama’ah Gd. Landmark. Pada setiap kegiatan, kami meminta kepada anak-anak yatim dan dhu’afa agar mendo’akan supaya gedung ini bisa lebih banyak tenantnya sehingga lebih banyak infaq yang terkumpul, sehingga lebih banyak lagi anak-anak yatim dan dhu’afa yang dapat santunan dan dikhitan missal,” ungkap Isa.

Perlu digarisbawahi, areal kosong di gedung Landmark masih banyak. Tingkat occupancy-nya juga masih dapat dikatakan rendah. Masih banyak alternatif lokasi lain yang bisa dipergunakan sebagai lahan parkir motor dan masih banyak lahan luas untuk dipergunakan sebagai lokasi masjid yang baru dengan kapasitas yang sebanding tanpa harus membongkar masjid dan dialihkan ke tempat yang dapat dikatakan tidak layak sebagai sebuah rumah ibadah.

Tenant perusahaan di gedung ini mayoritas adalah pegawainya muslim dan berjenis kelamin laki-laki yang memiliki kewajiban melakukan shalat Jum’at berjama’ah di Masjid. Perlu diketahui, gedung penyedia tempat ibadah shalat Jum’at di sekitar gedung Landmark jumlahnya sedikit dan kapasitasnya sangat terbatas, sehingga akan membuat kesulitan sebagian besar jama’ah yang bekerja di Gd. Landmark untuk mencari tempat beribadah, khususnya untuk melaksanakan shalat Jum’at.

“Sekiranya pemilik gedung mempermasalahkan keberadaan masjid kami membebani biaya operasional gedung akibat penggunaan air dan listrik secara gratis oleh pengelola gedung, semestinya hal ini dapat dibicarakan dengan cara musyawarah yang lebih baik. Dengan memohon kekuatan dan bimbingan-Nya, kami bertekad mempertahankan masjid ini dan mempersembahkan usaha dan jerih payah ini semata untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT," imbuh Isa.(Desastian)


latestnews

View Full Version