AMBON (voa-islam.com) – Lambatnya polisi dalam mengungkap dan menangkap pelaku pembacokan remaja Muslim Wailikut, kecamatan Waisama Kabupaten Buru Selatan Maluku yang dilakukan oleh warga Kristen memicu protes. Ratusan warga pun mendemo Bupati Buru Selatan, Maluku.
Sepekan lebih berlalu, insiden pembacokan terhadap Gani Pantororeng, seorang pelajar SMP Muhammadiyah Wailikut oleh ‘Orang Gunung’ –julukan orang Kristen pedalaman di pulau Buru, Maluku– namun tak ada kemajuan dalam kinerja polisi. Padahal warga sudah menyerahkan identitas pelaku pembacokan kepada polisi.
Masyarakat kembali melakukan aksi menuntut agar pelaku pembacokan segera ditangkap dan diusut tuntas. Aksi damai ratusan warga ini dilakukan bertepatan ketika Bupati Buru Selatan, Tagop Soulissa dan rombongan mengunjungi tempat kejadian perkara (tkp), Selasa (8/11/2011).
Setelah mengunjungi keluarga Gani Pantororeng, Bupati dan rombongan melanjutkan perjalanannya dengan meninjau lokasi kampung Kristen Anginsara yang telah habis dibakar massa.
Ketika selesai mengunjungi kampung orang gunung Bupati dan rombongan melanjutkan perjalanan untuk pulang. Namun ketika sampai di desa Wailikut tepatnya di depan balai desa pada pukul 13.00 WIT, masyarakat telah memblokir jalan dan meminta Bupati untuk turun dari kendaraannya dan berdialog dengan masyarakat.
Bupati dan rombongan yang tidak ada agenda pertemuan dengan masyarakat akhirnya menuruti kemauan masyarakat Desa Wailikut untuk berdialog di balai desa. Dalam pertemuan dengan Bupati Buru Selatan tersebut, pemuda Wailikut menyampaikan beberapa tuntutan berkaitan dengan kasus pembacokan terhadap Gani Pantororeng oleh Orang Gunung, di antaranya:
Pertama, mendesak polisi segera menangkap pelaku pembacokan secepatnya dan paling lambat dalam waktu satu bulan; Kedua, perkampungan Orang Gunung Anginsara yang telah habis dibakar massa tidak boleh dibangun kembali sampai pelaku pembacokan tertangkap.
Menanggapi tuntutan warga, Bupati berjanji akan segera mengusut tuntas kasus pembacokan dan menangkap pelakunya. Bupati juga berjanji, jika Polsek Waisama tidak mampu menangkap pelaku pembacokan maka ia akan meminta Polres Buru Selatan yang berkedudukan di Namlea untuk mengambil alih kasus tersebut. Dan jika Polres juga tidak mampu menangkap pelaku pembacokan, maka ia akan meminta bantuan Polda Maluku untuk menangani kasus ini.
Dialog berlangsung tertib dan damai, berakhir setelah ada kesepakatan antara warga Wailikut dengan bupati Buru Selatan.
Seperti diberitakan voa-islam.com sebelumnya, ketika bersiap-siap menunaikan shalat isya’, warga Muslim Wailikut dihebohkan dengan pembacokan. Gani Pantororeng, seorang pelajar kelas 3 SMP Muhammadiyah Wailikut dibacok memakai parang besar oleh pemuda Kristen Buru Selatan, Selasa (1/11/2011).
Akibat pembacokan parang besar tersebut, Gani mengalami luka di bagian dagu yang sangat parah sehingga harus ditangani dengan 30 jahitan.
Insiden pembacokan sadis itu menyulut kemarahan warga desa Wailikut dan desa Waimasin. Malam itu juga, ratusan warga yang marah tersebut mendatangi Mapolsek Waimsisi untuk menyerahkan data dan identitas pelaku pembacokan, dan mendesak agar pihak Kepolisian segera mengungkap kasus tersebut sampai ke akar-akarnya.
Karena tuntutannya tidak ditanggapi secara serius oleh aparat kepolisian, maka pada Rabu siang, (2 /11/2011) sekitar pukul 13.30 WIT warga kembali mendatangi Mapolsek Waimsisi untuk membuktikan ultimatumnya. Tak hanya menuntut agar polisi segera menangkap pelaku pambacokan, namun kali ini ratusan warga membawa senjata tajam.
Karena emosi warga tak tak terbendung akibat aspirasi yang tidak ditanggapi, akhirnya massa melampiaskan kemarahannya dengan mencari pelaku pembacokan ke perkampungan milik Orang Gunung yang berada di belakang desa Waimasin, yaitu kampung Anginsara. Karena pelaku tak ditemukan, maka kampung yang dihuni sekitar 15 kepala keluarga Kristen jadi sasaran amuk massa karena ditengarai telah melindungi dan menyembunyikan pelaku pembacokan.
Kini, warga menuntut keadilan kepada aparat pemerintah dan kepolisian, agar menangkap pelaku pembacokan dilakukan sebelum merenovasi rumah warga Kristen. [taz/af]