AMBON (voa-islam.com) – Setelah melakukan penyerangan dan pembakaran terhadap masjid dan ratusan rumah warga Muslim Ambon, pihak perusuh Salibis berusaha memutarbalikkan fakta untuk menanamkan opini bahwa biangkerok kerusuhan Ambon adalah pihak Muslim.
Insiden kerusuhan Ambon 9/11 adalah salah satu fakta kebiadaban Salibis Ambon terhadap umat Islam. Dalam tragedi berdarah pada Ahad, 11 September 2011 itu, seribuan perusuh Salibis menyerang warga Muslim di Kampung Waringin Ambon. Masjid dan ratusan rumah dibakar dan dirusak, tujuh aktivis Muslim gugur dan puluhan lainnya luka-luka terkena bom dan tembakan.
Sampai detik ini, fakta-fakta tersebut bisa disaksikan di Kampung Waringin yang masih menjadi puing-puing. Kampung Muslim di Ambon ini menjadi kota mati yang tak berpenghuni, lantaran ratusan rumah yang hangus ini belum direnovasi dan tak bisa dihuni lagi.
Fakta bahwa pihak salibis adalah biang kerusuhan Ambon terlalu banyak untuk diungkapkan. Sebagian kecil dari fakta yang telah disebutkan di atas di antaranya adalah:
Sebulan pasca insiden 9/11, para perusuh Salibis mengulangi lagi kebiadabannya dengan peristiwa penyerangan permukiman Muslim di Jalan Baru pada 20 Oktober 2011pukul 04.00 WIT dinihari.
Pada hari yang sama, dua orang perusuh Kristen warga Batu Gantung (wilayah Kristen) yang bernama Franky Siwalete dan Raymonel Tenu. Keduanya tertangkap tangan membawa 2 pucuk senjata api rakitan, 10 butir peluru kaliber 38 mm dan KTP Negara Republik Maluku Serani (RMS).
Tiga hari sebelum insiden penyerangan ini, aparat menemukan 24 bom rakitan aktif di Lorong Farmasi Kudamati (wilayah Kristen.
Meski fakta-fakta menunjukkan bahwa pihak Salibis adalah biang kerusuhan, namun mereka gencar memutarbalikkan fakta untuk membentuk opini bahwa pelaku kerusuhan adalah pihak muslim sedangkan pihak Kristen adalah korban.
Di antara makar dan akal bulus salibis untuk memutarbalikkan fakta adalah sbb:
1. Pelemparan bom rakitan di depan hotel Josiba Jalan Tulukabessy pada tanggal 20 oktober 2011 pukul 23.30 WIT. Kejadian selang 20 jam setelah peristiwa penyerangan permukiman Muslim di Jalan Baru tersebut dilakukan oleh pihak Salibis sendiri.
Insiden ini adalah upaya pemutarbalikan opini untuk menegatifkan citra umat Islam sebagai pelaku kerusuhan.
Padahal secara logika, tidak mungkin pelaku pelemparan Bom adalah dari pihak Muslim, karena mustahil ada orang muslim yang masuk ke wilayah Kristen pada malam hari setelah siang harinya terjadi kerusuhan. Pasca bentrok, pengamanan oleh aparat sangat ketat sehingga jika ada orang muslim masuk ke wilayah Kristen atau sebaliknya, maka akan berurusan dengan aparat.
Selain itu, bom yang meledak tersebut berdaya ledak sangat rendah yang hanya meretakkan sebuah ubin dan tidak melukai seorang pun karena memang dilempar di tempat yang tidak ada orang. Logikanya, jika pelaku pelemparan adalah orang Islam untuk mencelakakan orang, tentu bom yang dipakai bukan sekelas petasan dan bukan dilempar di tempat kosong dari target.
2. Beberapa warga Kristen Mardika yang rumahnya berdekatan dengan permukiman Muslim, sengaja membongkar rumah mereka sendiri, lalu mengungsi.
Dalam pengamatan voa-islam.com di lokasi, ada dua rumah di antaranya adalah milik VM (48) berprofesi sebagai tukang ojek dengan 6 orang anak, dan rumah milik S (38) seorang wiraswata dengan 3 orang anak. Kedua keluarga tersebut sekarang mengungsi di belakang kantor DPRD Ambon di daerah Belakang Soya.
Ketika membongkar rumahnya kedua keluarga tersebut meminta pengawalan anggota TNI yang bertugas di Mardika.
Pembongkaran rumah milik warga Kristen di Mardika oleh pemiliknya itu menciptakan opini seolah-olah kaum Muslimin telah melakukan pembongkaran dan penjarahan terhadap rumah milik warga Kristen sehingga mereka mengungsi di tempat yang aman karena rumah mereka tidak bisa lagi ditempati.
Selain itu, strategi ini bisa bermotif ekonomi untuk mendapatkan dana bantuan pengungsi berupa makanan dan uang untuk pembangunan rumah yang rusak akibat konflik. Kisaran bantuan pembangunan rumah dari Pemda sebesar Rp 24 juta bagi warga yang rumahnya mengalami kerusakan berat akibat kerusuhan.
3. Pelemparan rumah milik warga Kristen di Waiheru oleh pemuda Kristen selama 2 bulan sejak kerusuhan 11 September 2011.
Seperti diberitakan oleh voa-islam.com sebelumnya, dua kampung Islam dan Kristen di Perumnas Waiheru kecamatan Teluk Ambon Baguala bersitegang, karena kerapnya terjadi insiden pelemparan batu ke rumah warga. Pihak Kristen gencar menuding warga Muslim sebagai pelaku pelemparan batu.
Senin (7/11/2011), anggota TNI dari Koramil 1504-01 Baguala berhasil menangkap basah pelakunya, yaitu Rony Kontor Mole (25), seorang pemuda Kristen. Motifnya adalah mengadudomba dan memprovokasi dua kampung Islam dan Kristen. (baca: Provokator Salibis Biang Kerusuhan Antar Kampung di Ambon Tertangkap!)
Tiga fakta di atas hanyalah sebagian kecil upaya pihak salibis untuk memutarbalikkan fakta tentang kerusuhan Ambon dan pembentukkan opini bahwa seolah-olah pemicu dan pelaku kerusuhan di Ambon adalah kaum Muslimin. Mudah-mudahan Kaum Muslimin Ambon tetap waspada terhadap makar licik salibis. Wamakaruu wamakarallah, wallahu khairul maakiriin. [taz, af]