Misi yang diemban Obama adalah pembelaan terhadap sekte sesat Ahmadiyah di Indonesia. Pasalnya, sebelum kedatangannya di Bali, organisasi HAM Human Rights Watch (HRW) mendesak Obama untuk membahas sejumlah isu dengan pemimpin Indonesia, di antaranya adalah soal penyerangan massa terhadap kelompok Ahmadiyah beberapa waktu lalu.
Menurut HRW yang berbasis di New York, AS, meski hangatnya hubungan AS-Indonesia, Obama harus blak-blakan saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Bali.
Sebelumnya, kelompok-kelompok HAM Indonesia dan internasional telah mengecam ringannya vonis hukuman yang dijatuhkan terhadap para pelaku penyerangan Ahmadiyah.
“Hubungan pemerintahan Obama yang meningkat dengan Indonesia berarti harus jujur mengenai tantangan HAM serius di Indonesia,” cetus Elaine Pearson, wakil direktur Asia di HRW seperti dilansir AFP, Rabu (16/11/2011).
“Ketidakacuhan pemerintah Indonesia atas kekerasan massa terhadap kelompok-kelompok agama dan kebrutalan oleh tentara-tentara terhadap para demonstran damai merupakan cara bagus untuk memulai,” imbuh Pearson dalam statemennya.
Pearson meminta Obama untuk mendesak SBY guna mengakhiri aturan hukum yang diskriminatif dan melindungi warga minoritas agama di Indonesia. “Obama perlu mengganti pujiannya dulu soal kebebasan beragama di Indonesia dengan beberapa pembicaraan sulit mengenai kebebasan beragama,” tandas Pearson.
Pearson juga meminta Obama untuk membahas masalah konflik di Papua.
Omong kosong Pearson ini jelas bertolak belakang dengan fakta yang sesungguhnya. Insiden kerusuhan Ahmadiyah di Cikeusik Banten adalah bentrokan berdarah yang didahului provokasi pihak Ahmadiyah. Hal ini dibuktikan dengan putusan Pengadilan Negeri Serang Banten, yang memvonis Deden Sudjana dengan hukuman enam bulan penjara. Deden divonis bersalah karena terbukti melawan pejabat hukum dan melakukan penganiayaan terhadap Idris, dalam bentrokan warga dengan Ahmadiyah di Cikeusik, 6 Februari silam.
Omong kosong Pearson lainnya adalah soal kebebasan beragama dan tekanan terhadap minoritas. Menteri Agama RI, Suryadharma Ali pernah mengungkapkan, berdasarkan data statistik fakta di lapangan, justru tingkat pertumbuhan Gereja jauh lebih besar di banding Masjid. Dalam kurun waktu 1997 hingga 2004, pertumbuhan rumah ibadah Kristen sebesar 150 persen, Budha 360 persen, dan Hindu 400 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan rumah ibadah umat Islam hanya sebesar 64 persen.
Adapun penentangan berdirinya rumah Ibadah di beberapa tempat seperti kasus HKBP di Ciketing Bekasi juga Gereja Yasmin di Bogor adalah ulah pihak Kristen yang keras kepala untuk mendirikan rumah ibadah dengan cara-cara penipuan seperti pemalsuan dukungan warga.
Jelaslah bahwa kedatangan Obama ke Indonesia adalah mengusung misi ‘titipan’ para musuh Islam. [ahmad widad/dtk]