BURU SELATAN, MALUKU (voa-islam.com) – Belum terungkap kasus pembacokan parang Gani Pantororeng, siswa SMP Muhammadiyah oleh pemuda Orang Gunung –julukan untuk orang Kristen pedalaman yang tinggal di pulau Buru– sebulan lalu, kini warga Kristen kembali melancarkan teror ke perkampungan Muslim di desa Wailikut dan desa Waimsisi kecamatan Waisama Kabupaten Buru Selatan Maluku.
Seorang warga bernama Lajati Siompo, ketika sedang dalam perjalanan menuju rumahnya sepulang dari kebun dikejar-kejar oleh Orang Gunung sambil menghunus senjata tajam, Sabtu (19/11/2011).
Beruntung bagi Lajati, karena dia bisa menyelamatkan diri dari kejaran orang gunung sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Malam harinya, Orang Gunung kembali meneror warga dusun Waimasin desa Wailikut. Seorang laki-laki berdiri di atas tumpukan kayu milik warga, sedang melakukan pengintaian kepada warga Muslim. Karena aksinya kepergok warga, maka spontan sang pengintai terkejut dan kabur, yang menyebabkan tumpukan kayu milik warga dusun Waimasin tersebut ambruk berhamburan ke tanah.
Besoknya, Ahad (20/11/2011) pukul 15.30 WIT, Orang Gunung kembali melancarkan teror terhadap warga Waimsisi. Kali ini yang menjadi target teror adalah Arsyad Umamity. Saat melintas di daerah Air Nala, tiba-tiba ia dikejar-kejar oleh Orang Gunung sambil menghunus senjata tajam.
Meski tak sampai terjadi aksi pembacokan karena Arsyad berhasil menyelamatkan diri, namun kejadian tersebut cukup menjadi teror yang meresahkan warga Waimsisi.
Atas kejadian-kejadian tersebut, warga Muslim meminta pihak kepolisian dari Polsek Waisama yang berkedudukan di Waimsisi agar serius menangani kasus teror itu, supaya tidak ada lagi Orang Gunung yang menebar teror. Karena ulah Orang Gunung itu menimbulkan keresahan dan ketakutan di kalangan warga desa Wailikut dan desa Waimasin. Apalagi sampai hari ini Polisi juga belum mampu menangkap pelaku pembacokan terhadap Gani Pantororeng warga Desa Wailikut.
Jika aparat kepolisian tidak bertindak proaktif untuk menangani dan mencegah kasus seperti tersebut, tidak menutup kemungkinan aksi teror tersebut akan terus terjadi dan tidak menutup kemungkinan akan memakan korban seperti halnya yang terjadi pada waktu-waktu yang lalu. Dan tidak menutup kemungkinan juga akan ada tindakan sendiri dari masyarakat dalam rangka mengamankan lingkungan dan warga mereka dari tindakan teror orang-orang gunung. Jika sudah demikian maka bisa berakibat pada terjadinya konflik horisontal antara dua komunitas seperti pada masa yang lalu. Karena itu kecepatan aparat keamanan untuk bertindak mungkin bisa mencegah terjadinya hal-hal yang demikian. [taz, af]