JAKARTA (voa-islam) – Para tokoh yang difitnah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj sebagai para penebar terorisme dan radikalisme, dengan bijak balik membalas dengan taushiyah persaudaraan.
Di antara dua belas yayasan, nomor satu yang dituding sebagai yayasan Salafi-Wahabi penebar terorisme & radikalisme oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqiel Siradj adalah Yayasan Al-Sofwa Jakarta.
“Ada dua belas yayasan yang indikasinya di situlah Radikalisasi tumbuh; di Lenteng Agung namanya Al-Sofwa, ketuanya namanya Maman Abdurrahman dan Farid Oqbah,” tuding Said Aqil dalam workshop “Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren” yang digelar Muslimat NU di Park Hotel Jakarta, Sabtu (3/12/2011).
“Inilah yayasan-yayasan yang mengajarkan Islam Radikal atau wahabi,” tandas Said Aqil berapi-api didampingi Ketua BNPT Ansyad Mbai, setelah merinci dua belas yayasan Islam yang dituding Salafi Wahabi penebar terorisme.
Bahaya dua belas yayasan Wahabi Salafi tersebut, tuding Said Aqil, antara lain mengajarkan ideologi Islam Radikal sehingga lahirlah aksi pemboman masjid Cirebon.
“Yayasan-yayasan itulah yang mengajarkan ajaran Islam radikal atau Wahabi. Pelaku bom Masjid Mapolresta Az-Zikra di Cirebon, Gus Syarifuddin adalah jebolan As-Sunnah Cirebon. Bahkan telah mengafirkan bapaknya sendiri. Begitu juga dengan pelaku pengeboman Gereja Bethel di Solo, yakni Gus Ahmad Yosefa juga merupakan alumunus As-Sunnah. Lalu pelaku bom Ritz Carlton, Syaifuddin ternyata dari Manis Lor Kuningan,” kata Kiyai yang dalam buku Kristen terang-terangan menyatakan bahwa Tauhid Islam sama dengan Trinitas Kristen itu. (baca: Koreksi Aqidah KH Said Aqil Sirajd: Jangan Samakan Tauhid Islam dengan Trinitas Kristen).
Apa yang disampaikan Professor Dr KH Said Aqiel Siradj MA di hadapan puluhan kiyai dan nyai Nahdliyin itu sungguh memalukan. Tega-teganya Ketua Umum PBNU ini menyuguhkan data palsu dan kebohongan di hadapan para kiyai dan nyai Nahdliyin?
Menyebut Yayasan Al-Sofwa sebagai salah satu yayasan penebar radikalisme dan terorisme, tentunya harus dibuktikan secara detil berdasarkan fakta dan data yang valid, bukan fitnah dan tuduhan ompong. Sayangnya, Said Aqil Siradj sama sekali bungkam, tak bisa mengungkap kapan, siapa, di mana dan apa buktinya bahwa Al-Sofwa mengajarkan radikalisme dan terorisme yang melahirkan aksi pemboman masjid Cirebon.
Satu-satunya data yang diungkap Said Aqil Siradj adalah kepemimpinan Al-Sofwa. Menurutnya, Al-Sofwah dipimpin oleh Aman Abdurrahman dan Farid Ahmad Oqbah.
Sekali lagi, kasihan para kiyai dan nyai NU, dikumpulkan di hotel mewah, malah disuguhi kebohongan. Siapapun tahu, kalau direktur Al-Sofwa itu Abu Bakar bin Muhammad Altway Lc, bukan Aman Abdurrahman maupun Farid Oqbah. Aman Abdurrahman memang pernah menjadi staf di Al-Sofwa, tapi hanya sebagai imam masjid, bukan direktur. Sedangkan Farid Oqbah adalah direktur Islamic Centre Al-Islam, bukan direktur Al-Sofwa.
Saat dikonfirmasi voa-islam.com, Sandhi, Kepala Humas dan Ketua Depsos Al-Sofwa, menegaskan bahwa tuduhan Said Aqil Siradj itu sama sekali tidak benar.
“Itu tidak benar, Aman Abdurrahman bukan pimpinan Al-Sofwa. Ustadz Farid Ahmad Oqbah juga bukan pimpinan Al Sofwah,” ujarnya kepada voa-islam.com, Senin siang (5/12/2011).
Sandi menambahkan, Yayasan Al-Sofwa juga tidak pernah mengajarkan kekerasan maupun aksi pemboman seperti tudingan Said Aqil Siradj. Sandi menyayangkan, sebagai tokoh nasional dan ketua PBNU, seharusnya Said Aqil Siradj memaparkan data yang benar, jangan memberikan dusta yang memfitnah lembaga dakwah seperti Al Shofwa.
Senada itu, mendengar namanya disebut-sebut sebagai Pimpinan Al-Sofwa, Ustadz Farid Ahmad Oqbah merasa heran dan kasihan terhadap Said Aqil Siradj yang salah kaprah dalam merilis data di hadapan puluhan kiyai dan nyai Nahdliyin. “Saya tidak pernah menjadi pimpinan Al-Sofwa, dan tidak ada keterkaitan dengan Yayasan Al-Sofwa,” ujarnya.
Pimpinan Islamic Centre Al-Islam ini mengimbau Said agar melakukan ceck and recheck kepada Yayasan Al-Sofwa sebelum berbicara tentang Al-Sofwa, agar tidak menyebarkan data salah dan menjadi fitnah. “Al-Sofwa itu kan lembaga resmi, data saja langsung ke sana, apa kegiatan mereka?” imbau Farid yang juga Pengurus Pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) itu.
Farid juga mempertanyakan motif Said dengan merilis tudingan yang salah kaprah terhadap ormas-ormas Islam. “Menyebar tuduhan seperti itu landasan dan tujuannya apa?“ tuturnya.
Uniknya, meski namanya difitnah secara salah kaprah sebagai pimpinan ormas radikal penebar terorisme dan radikalisme, Ustadz Farid Oqbah tidak bereaksi menghujat balik kepada Said Aqil Siradj. Meski difitnah secara sepihak, dengan bijak Pimpinan Pesantren Tinggi Al-Islam ini menyampaikan nasihat yang menyejukkan. Menurutnya, dalam kondisi seperti saat ini, yang dibutuhkan umat dari para dai, kiyai dan tokoh agama adalah ukhuwah, bukan malah memecah-belah.
“Dalam kondisi sekarang ini yang harus dibangun itu adalah persaudaraan dan saling menghormati satu sama lain, bukan malah menyebar fitnah seperti ini. Dan jangan lupa, agama ini nasihat, bukan malah saling mewaspadai,” ujarnya kepada voa-islam.com, Senin (5/12/2011). “Kalau memang kita ada salah dinasihati. Janganlah mereka terbawa arus saling curiga-mencurigai, jangan tuduh-menuduh yang tidak ada kejelasannya jadi ini tidak sehat,” tambahnya.
Farid Oqbah mengajak Said Aqil Siradj dan semua pimpinan lembaga Islam agar merenungkan dan mengamalkan sabda Rasulullah yang menekankan bahwa sesama Muslim itu bersaudara, jangan saling memfitnah, iri hati, menipu, membenci, menzalimi dan merendahkan satu sama lainnya. “Harusnya sebagai pimpinan lembaga Islam memberi contoh yang baik bukan justru menyebar fitnah seperti ini,” tegasnya seraya mengutip hadits Nabi SAW dalam riwayat Muslim:
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda," Janganlah kalian saling iri! Janganlah kalian saling jual beli menipu! Janganlah kalian saling membenci! Janganlah kalian saling membelakangi! Janganlah kalian menawar barang yang sedang ditawar orang lain! Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara! Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Ia tidak akan menzaliminya, menelantarkannya ataupun merendahkannya.”
Subhanallah! Betapa besar jiwa para tokoh Islam yang difitnah Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA, Ketua Umum PBNU. Meski dilempar fitnah, dengan bijak membalas dengan taushiyah. [taz, ahmed widad]