JAKARTA (voa-islam.com) – Tak puas menuding dua belas yayasan Islam sebagai Salafi Wahabi penebar terorisme dan radikalisme yang melahirkan pemboman masjid, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj juga mengarahkan tudingannya kepada DPP Hidayatullah.
Di hadapan para nyai Nahdliyin, Said Aqil menuding, meski tidak terang-terangan mengangkat senjata, namun Hidayatullah sedang menyiapkan kadernya untuk mendirikan Negara Islam.
“Di dalam negeri, tahun enam puluh dua DI/TII Kartosoewirjo menyerah. Ada yang menyerah betul, tapi ada yang masih melawan yaitu Ajengan Masduki dari Garut, ajengan Masduki mati diganti saudara Maman. Ada lagi yang pindah aktivitasnya mendirikan pesantren, tidak terang-terangan angkat senjata tapi pesantren yang mendidik kader siap-siap, kapan-kapan mendirikan Negara Islam. Dua yang menonjol; satu, pesantren Hidayatullah yaitu KH Muhammad Sa’id yang pusatnya di Balikpapan dan Surabaya, dan sekarang ketuanya Abdul Manan,” terang Said Aqil dalam workshop "Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren" di Park Hotel, Sabtu (3/12).
Saat diwawancara voa-islam.com, Said Aqil menegaskan bahwa Hidayatullah memiliki target mendirikan Negara Islam. “Hidayatullah itu pendidikan, tidak langsung konfrontatif, artinya tetap, targetnya adalah mendirikan Negara Islam,” tandasnya.
Menanggapi tudingan itu, Ketua Umum DPP Hidayatullah, KH DR Abdul Manan sangat menyayangkan pernyataan Said Aqil Siradj. Menurutnya, sebagai pimpinan ormas dan akademisi bergelar profesor, tak seharusnya Said Aqil berbicara tanpa data. Sebagai publik figur dan ulama, seharusnya Said Aqil mengutamakan tabayyun ketimbang mengumbar kebohongan publik tak berdasar.
“Seenaknya saja itu Said Aqil ngomong. Seorang professor, seorang akademis harus pakai data dong kalau ngomong. Pernyataan tanpa data seorang akademis itu kebohongan publik dan itu bisa penghinaan. Seorang ulama, pemimpin ormas besar ngomong tanpa dasar! Di mana itu tabayunnya seorang ulama?” jelas KH Abdul Manan kepada voa-islam.com, Rabu (6/12/2011).
Meski difitnah secara sepihak dalam sebuah forum resmi, Abdul Manan tidak membalas fitnah itu dengan hujatan. Dengan bijak, ia menasihati Said Aqil agar memperhatikan lima etika berbicara. “Pertama, Sebagai seorang ketua PBNU, seorang Ulama harus berbicara atas dasar tabayyun. Kedua, perhatikan dampak statemennya secara politik adalah sangat membahayakan umat Islam di Indonesia. Ketiga, resiko politik bagi Hidayatullah adalah pengkebirian dan fitnah besar. Keempat, Aqil Siradj harus mampu mempertanggungjawabkan semua ucapannya baik di depan umat maupun di depan pengadilan jika Hidayatullah menuntut. Kelima, sebagai seorang ulama jangan menjadi provokator, tapi jadilah perekat untuk kesatuan umat dan bangsa,” ujarnya. [ahmed widad]